Perjalanan Sejarah Si Ikan Kayu

Keumamah dikenal dengan sebutan Ikan Kayu karena memiliki tekstur keras layaknya kayu. Bahkan, Keumamah memiliki nilai historis dalam perjuangan rakyat Aceh.

Foto: Istimewa

Jelajahin.com, Jakarta – Bicara kuliner Indonesia tentu tidak akan ada habisnya karena memiliki ragam kuliner khas di setiap daerahnya. Salah satunya adalah masakan khas Aceh berbahan dasar ikan laut yaitu Eungkot Keumamah atau yang lebih dikenal Keumamah.

Selain itu, Keumamah juga dikenal dengan sebutan Ikan Kayu karena memiliki tekstur keras layaknya kayu. Secara definisi, Keumamah merupakan ikan yang diawetkan dengan beberapa proses pembuatan. Mulai dari pembersihan ikan, perebusan, pengeringan dan penyimpanan. Sedangkan untuk ikan yang digunakan biasanya berasal dari ikan tongkol atau cakalang.

Nilai historis

Menariknya, Keumamah juga menyimpan nilai historis yang panjang didalamnya terkait perang Aceh pada masa itu. Karena sengitnya perjuangan para tokoh Aceh pada masa lalu dalam melawan penjajah, membuat para pejuangan harus melakukan gerilya di hutan-hutan dalam waktu lama dan berpindah-pindah. Hal tersebut membuat para pejuang mencari cara agar dapat bertahan hidup karena keterbatasan pasokan logistik.

Tidak hanya sebagai menu utama saat memperjuangan kemerdekaan, Keumamah juga digunakan jemaah haji asal Tanah Rencong tersebut di masa lalu untuk menunaikan ibadah haji

Oleh karena itu, para pejuang Aceh pada masa itu pun mengolah Keumamah sebagai bahan lauk pauk yang bisa tahan lama sekaligus mencukupi kebutuhan gizi pejuang. Biasanya Keumamah dapat bertahan selama hingga berbulan-bulan dan praktis untuk dibawa kemana-mana.

Tidak hanya sebagai menu utama saat memperjuangan kemerdekaan, Keumamah juga digunakan jemaah haji asal Tanah Rencong tersebut di masa lalu untuk menunaikan ibadah haji. Saat itu, perjalanan ibadah haji ke Mekah memakan waktu hingga 1,5 bulan menggunakan jalur laut. Sehingga, Keumamah menjadi solusi para jemaah haji pada saat itu kepraktisannya dan mudah di santap.

Proses pembuatan

Dikutip dari berbagai sumber, terkait proses pembuatan ikan kayu harus melewati serangkaian proses. Biasanya membutuhkan waktu 3-4 hari untuk menghasilkan Ikan Kayu berkualitas. Mulai dari penyiangan, penaburan garam, perebusan, pembuangan tulang, hingga pengeringan. Perlu diingat, penggunaan garam dan proses pengeringan adalah kunci agar Keumamah dapat bertahan lama hingga berbulan-bulan tanpa menghilangkan cita rasa gurih ikan tongkol.

Selanjutnya dalam mengolah Keumamah masyarakat Aceh umumnya menggunakan teknik tumis kering basah. Keumamah tadi diiris tipis-tipis kemudian direndam air panas terlebih dahulu beberapa menit sebelum dimasak dengan bumbu yang dicampur rempah.

Adapun bumbu dasar memasak Keumamah adalah cabai rawit, cabai merah, bawang merah, bawang putih, jahe, kunyit, ketumbar,batang serai dan tambahkan air secukupnya, jika suka tambahkan juga daun temurui.

Adapun bahan lain dalam memasak berupa asam sunti, belimbing wuluh yang sudah dikeringkan kemudian diasinkan utnuk memberikan variasi rasa dan tekstur pada Keumamah. Bahkan, Keumamah juga bisa dicampurkan dengan kentang untuk memberikan variasi isian tambahan masakan.

Baca Juga: Surga Tersembunyi di Ujung Barat Indonesia

Tidak hanya itu saja, kuliner dengan bahan utama Keumamah juga menjadi salah satu menu istimewa yang disajikan saat pesta (kenduri) baik perkawinan, kegiatan keagamaan, maupun menjamu tamu penting pemerintahan. Ada beberapa varian kuliner menggunakan Keumamah yang diyakini dapat menggugah selera setiap orang yang akan mencobanya, antara lain berupa masakan kari, tumis, dan kuah santan.

Ikuti juga info budaya dan wisata Jelajahin.com lainnya di TikTok.