Mengenal Tradisi Bakar Batu Papua

Untuk menunjukkan rasa syukur atas berkat yang diberikan oleh alam dan Tuhan, masyarakat di Papua biasanya melakukan upacara penting yaitu Bakar Batu.

Foto: Istimewa

Jelajahin.com, Jakarta – Selain dikenal dengan Bumi Cendrawasih, Papua menyimpan keindahan dan budaya yang sarat akan makna. Selain itu, Papua juga memiliki beragam suku yang berjumlah kurang lebih 466 suku yang tersebar di berbagai wilayah. Bahkan, suku-suku tersebut juga asih memegang teguh tradisi dari pendahulunya. Salah satu tradisi yang melekat erat bagi suku di Papua adalah Bakar Batu.

Upacara penting

Tradisi Bakar Batu merupakan upacara tradisional yang penting dilakukan oleh masyarakat suku di Papua. Di mana, tradisi tersebut biasanya dilakukan untuk menunjukkan rasa syukur, menyambut kebahagiaan atas kelahiran, kematian, perkawinan adat, penobatan kepala suku, maupun mengumpulkan prajurit ketika akan berperang.

Bakar Batu sendiri adalah kegiatan memasak bersama menggunakan batu khusus yang dipanaskan sekitar 1 jam dalam api dan disusun dalam bentuk persegi panjang. Setelah dipanaskan, batu-batu tersebut di masukkan ke adalam lubang kecil. Setelah itu, bahan makanan seperti daging (babi,ayam, kambing, atau sapi), umbi-umbian, dan sayuran akan disusun tepat diatasnya dan dibiarkan hingga matang.

Tidak sekadar acara memasak dan makan semata, tradisi Bakar Batu juga simbol dari hubungan erat antarwarga, dan juga sebagai bentuk rasa syukur atas segala berkat yang diberikan oleh alam dan Tuhan.

Tradisi Bakar Batu dipercaya sudah ada sejak ratusan lalu silam dan biasa dilakukan oleh suku pedalaman/pegunungan. Mulai dari Lembah Baliem, Lanny Jaya, Nduga, Pegunungan Tengah, Jayawijaya, Pegunungan Bintang, Tolikara, hingga Yakuhimo.

Nama-nama tradisi Bakar Batu di setiap daerah atau suku pun berbeda-beda. Sebagai contoh di Biak disebut Barapen, di Kabupaten Puncak Jaya, Lanny dan Tolikara disebut Lago Lakwi, daerah Nduga disebut Kerep Kan, wilayah Pegunungan Bintang disebut Hupon, dan masyarakat Wamena menyebutnya dengan Kit Abo Isago.

Uniknya, terdapat hal menarik dalam proses perburuan babi yang akan dijadikan bahan makanan dalam tradisi tersebut. umumnya, pemuka adat atau kepala suku akan memanah babi terlebih dahulu. Apabila setelah dipanah babi tersebut langsung mati, maka pertanda acara yang akan dilaksanakan akan sukses. Sedangkan jika babi tidak langsung mati, mereka meyakini bahwa acaranya kemungkinan besar tidak akan sukses.

Penuh makna

Tidak sekadar acara memasak dan makan semata, tradisi Bakar Batu juga simbol dari hubungan erat antarwarga, dan juga sebagai bentuk rasa syukur atas segala berkat yang diberikan oleh alam dan Tuhan.

Di samping itu, tradisi tersebut juga sarat dan kaya akan makna karena mencerminkan rasa solidaritas, penghormatan terhadap leluhur, serta hubungan erat manusia dengan alam. Bahkan, Bakar Batu menjadi salah satu ekspresi budaya dan spiritualitas yang mengajarkan nilai-nilai kebersamaan dan keberlanjutan di masyarakat Papua.

Baca Juga: Mengenal Tradisi Iki Palek Papua

Lalu, Bakar Batu juga bisa menjadi sarana masyarakat Papua untuk memperkenalkan budaya mereka kepada pendatang atau pengunjung. Maka, tak salah jika upacara penting tersebut menjadi daya tarik wisata tersendiri yang menawarkan pengalaman otentik sekaligus mengajarkan solidaritas bagi para pengunjung atau wisatawan yang datang ke Papua.

Ikuti juga info kuliner dan wisata Jelajahin.com lainnya di TikTok.