Paduan Keindahan dan Legenda Setempat

Tidak hanya menampilkan keindahan dan keseruan aktivitas air, Pantai Katembe juga memiliki cerita rakyat yang melegenda dan masih terjaga hingga saat ini.

Foto: Istimewa

Jelajahin.com, Jakarta – Sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sulteng), Buton Tengah (Buteng) merupakan bekas wilayah Kerajaan Kesultanan Buton dan memiliki keindahan alam yang sayang untuk dilewatkan. Salah satu pantai yang menjadi destinasi wisata favorit masyarakat Kabupaten Buteng adalah Pantai Katembe.

Berlokasi di Desa Madongka, Kecamatan Lakudo, Kabupaten Buteng, Pantai Katembe merupakan salah satu pantai dengan hamparan pasir terpanjang di Indonesia karena tercatat memiliki panjang pantai mencapai sekitar 2 kilometer.

Nama Pantai Katembe sendiri diambil berasal dari bahasa daerah yang memiliki arti yaitu air tawar. Hal itu disebabkan karena sekitar 30 meter dari bibir pantai terdapat sebuah sumur air tawar dan satu-satunya sumur yang berada di sekitar pantai. Sumur tersebut dipercaya masyarakat sekitar sudah ada sejak puluhan tahun lalu.

Menikmati sunset

Pantai Katembe sangatlah cocok dijadikan destinasi liburan seru bersama kerabat dan keluarga, karena memiliki area pantai yang luas. Bagi masyarakat sekitar, pantai tersebut merupakan destinasi tepat untuk menikmati sunset (matahari terbenam) nan indah. Menikmati sunset juga kian berkesan sambil mencicipi gula kelapa atau kambewe makanan khas Buteng.

Selain itu, terdapat aktivitas menarik lainnya yang Anda bisa lakukan di Pantai Katembe. Mulai dari berburu foto ciamik maupun selfie untuk media sosial. Bahkan, pengelola juga sudah menyediakan jembatan kecil yang meghubungkan pantai dan gazebo unik di sekitar pantai sebagai sarana berfoto dan ber-selfie ria.

Bagi masyarakat sekitar, pantai Katembe merupakan destinasi tepat untuk menikmati sunset (matahari terbenam) nan indah.

Aktivitas air lain yang bisa Anda lakukan disana adalah berenang, menyelam (diving), hingga memancing. Bahkan, karena memiliki lahan yang cukup luas, pengunjung juga bisa manfaatkan untuk camping ground, bermain bola voli, bermain bola dan lainnya.

Untuk air pantainya pun terbilang cukup jernih dan bersih. Hal itu terlihat dari gradasi biru laut memesona mata ditemani deburan ombak yang terdengar menenangkan hati dan jiwa. Maka, tak jarang kalau Pantai Katembe juga menjadi destinasi favorit para traveller dan blogger milenial untuk membuat konten wisata.

Untuk sampai kesana, pengunjung membutuhkan waktu sekitar 20-30 menit dari pusat ibu kota Buteng, Labungkari dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun empat.

Legenda putri duyung

Pantai Katembe sendiri berada pada wilayah Selatan Pulau Muna. Menariknya, ketika waktu tertentu pada setiap tahun, wilayah tersebut sering di lewati iring-iringan duyung atau dugong. Bahkan, nelayan setempat terkadang mendapati duyung yang tersangkut di dalam pukat ikan.

Ternyata, adanya dugong di sekitar pantai tersebut terdapat cerita rakyat yang melegenda. Konon hiduplah seorang wanita bersama dengan dua orang anaknya yang masih sangat kecil. Ayahnya sudah tiada, jadi ibunya yang dengan bersusah payah membesarkan mereka. Anaknya sulungnya yaitu La Nturungkoleo serta adiknya di beri nama dengan La Mbata-mbata.

Khusus pada wilayah Pulau Buton serta Muna, anak yang bernama La karena berjenis kelamin laki-laki. Sementara nama anak dengan Wa, memiliki jenis kelamin perempuan. Suatu hari, karena mereka sudah tidak memiliki apa-apa untuk makan, maka kedua anaknya merengek dan meminta ikan. Merajuklah keduanya pada sang ibu. Selama berhari-hari, mereka berdua meminta ibunya untuk memasak ikan. Padahal, tidak ada satu pun pria yang tinggal pada kampung itu yang dapat di mintai tolong.

Baca Juga: Menyambangi Museum Kupu-Kupu Bantimurung

Karena ingin membahagiakan kedua putranya, maka sang ibu berangkat ke laut. Usai berhari-hari menanti, ibu dari kedua anak itu tidak juga kembali. Kedua anak tersebut kemudian pergi ke tepi pantai dan memanggil-manggil nama ibunya. Tetapi, konon kabarnya ibunya tidak kunjung datang dan kembali pada mereka karena kata ‘orang pintar’, bahwa ibu mereka telah menjadi ikan duyung.

Ikuti juga info kuliner dan budaya Jelajahin.com lainnya di TikTok.