Tuju Target SDGs, Kemenlu Dorong Pengembangan Pariwisata dan Ekraf

Foto: Dok.kemlu.go.id

Jelajahin.com, Bali – Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) melalui Wamenlu RI Pahala Mansury menggarisbawahi pentingnya pengembangan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (ekraf) untuk mencapai target pembangunan sustainable development goals (SDGs).

Menurutnya, pariwisata memegang peran penting dalam perekonomian dan penghidupan masyarakat Indonesia.

“Sektor ini berkontribusi sebesar 4,1 persen terhadap PDB dan mempekerjakan lebih dari 22 juta orang. Selain itu, sektor ini juga terkait erat dengan ekonomi kreatif. Jika digabungkan, kontribusinya terhadap ekonomi Indonesia akan lebih signifikan,” ungkapnya dalam pembukaan Bali and Beyond Travel Fair (BBTF) 2024, dikutip Jumat (14/06).

Ia menambahkan, terdapat empat hal pokok terkait pengembangan sektor pariwisata Indonesia. Pertama, sektor pariwisata perlu terus berinovasi melalui diversifikasi. Wamenlu menyampaikan bahwa ada dua aspek penting dalam diversifikasi, yaitu diversifikasi destinasi pariwisata dan basis pelanggan (customer base).

Terkait hal pertama, Indonesia masih memiliki sejumlah kawasan potensial untuk pengembangan pariwisata, seperti di 5 destinasi pariwisata super prioritas selain Bali yaitu Danau Toba (Sumatera Utara), Candi Borobudur (Jawa Tengah), Mandalika (NTB), Labuan Bajo (NTT), dan Likupang (Sulawesi Utara).

Sedangkan terkait hal kedua, pentingnya memperluas customer base wisatawan ke pangsa pasar tradisional seperti negara-negara Asia Selatan dan Tengah, serta Eropa Timur.

“Diversifikasi destinasi wisata tidak hanya penting untuk memperluas basis pelanggan dan pangsa pasar, tetapi juga untuk memastikan pengembangan kawasan,” tambahnya.

Sektor pariwisata berkontribusi sebesar 4,1 persen terhadap PDB dan mempekerjakan lebih dari 22 juta orang

Kedua, meningkatkan konektivitas pariwisata. Salah satu upaya yang telah dilakukan adalah dengan pembangunan 50 bandara dalam 10 tahun terakhir. Di samping itu, saat ini pemerintah sedang mengembangkan Bali Maritime Tourism Hub yang akan beroperasi pada 2025.

“Hub Pariwisata ini akan menjadi jangkar pengembangan konektivitas pariwisata di Indonesia, baik untuk rute wisata domestik maupun internasional,” imbuhnya.

Ketiga, terkait customer experience. Pahala menjelaskan adanya pergeseran tren ke pariwisata berbasis pengalaman (experience tourism) yang membuat wisatawan terhubung secara emosional dengan budaya dan alam. Selain itu, kini wisatawan juga lebih tertarik dengan pariwisata berkelanjutan.

Mengantisipasi hal tersebut, saat ini Indonesia telah mengembangkan Desa Wisata yang fokus pada pariwisata berkelanjutan, serta memastikan warga lokal ikut mendapat manfaat langsung dari aktivitas pariwisata.

Keempat, teknologi digital. Pahala menerangkan bahwa teknologi digital telah merevolusi industri pariwisata dengan meningkatkan customer experiences, efisiensi operasional, dan praktik pariwisata berkelanjutan.

Oleh karena itu, Indonesia sedang memfokuskan pengembangan ekosistem digital untuk dukung industri pariwisata melalui investasi di infrastruktur digital (jaringan 5G dan optik fiber), penggunaan platform media sosial, pembayaran digital, aplikasi digital, dan kapasitas pekerja pariwisata.

“Pengembangan tersebut membutuhkan kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk dengan perusahaan teknologi, software developer, serta membutuhkan investasi besar dari sektor privat,” pungkasnya.

Di akhir pidato, Wamenlu berharap BBTF 2024 akan terus menjadi platform bisnis dan pengembangan jaringan untuk mendukung industri pariwisata dalam mencapai pembangunan berkelanjutan.