Mengenal Kesenian Debus Asli Banten

Pertunjukan debus khas Banten sedikitnya terdapat 40 jenis atraksi dan mengandung unsur seni dan agama, serta menggunakan ilmu kebatinan bernuansa magis.

Foto: Istimewa

Pernahkah kalian melihat atraksi orang memakan pecahan kaca? Atau bahkan menyayat anggota tubuhnya sendiri dengan golok? Barangkali terdengar seperti pertunjukkan sirkus. Namun di daerah Banten, hal itu merupakan kesenian tradisional bernama debus.

Debus sendiri berasal dari istilah bahasa arab yaitu dablus, yang memiliki arti sejenis senjata dengan ujung runcing. Meskipun asal-usulnya menyerupai kesenian Al Madad, tapi dari segi jumlah debus lebih banyak.

Pada zaman dulu, kesenian ini menjadi salah satu cara untuk menyebarkan agama Islam di Banten. Kemudian pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, penggunaan debus memiliki tujuan untuk memompa semangat rakyat dalam melawan penjajah Belanda. Namun pada kekuasaan Sultan Rafiudin, kesenian ini sempat menghilang tiada yang menggunakan.

Debus muncul kembali sekitar tahun 1960-1961an dalam bentuk atraksi hiburan. Dalam penampilannya, kesenian debus membutuhkan perlengkapan penunjang atraksi untuk memberi daya tarik. Busana pemainnya menggunakan baju kampret, celana pangsi serta ikat kepala yang bernama lomar.

Peralatan Debus

Debus memerlukan peralatan yang berbeda sesuai dengan aliran yang menyertainya. Suatu kelompok debus akan menginduk ke sebuah padepokan silat. Terdapat 3 aliran silat yang terkenal, yaitu aliran silat cimande, bandrong, dan terumbu.

Setiap sanggar debus mempunyai seorang guru besar atau syeh, yang membawahi sekitar 20 pemain, termasuk pemain atraksi dan penabuh nayaga. Adapun peralatan kesenian aliran cimande, menggunakan kendang penca, terompet, kanco yang bernama gong, kendang kemprang, kendang gedur, dan kulanter.

Sementara debus aliran terumbu dan bandrong, menggunakan alat kesenian berupa patingtung, satu kendang besar, dua kendang kecil, gong kecil, gong panggang, kenuk, angkeb, kecrek, dan terompet. Namun, ada pula yang menggabungkan kendang penca dan rebana.

Pertunjukan Debus

Sebelum memulai pertunjukan, kelompok pemain perlu memastikan kesiapan alat dan arena pertunjukan berlangsung, yang biasanya di lapangan terbuka. Kemudian guru besar atau syeh akan melakukan ritual, dengan berdoa memohon kelancaran jalannya pertunjukan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dan kelompok pun akan memainkan tabuhan pengiring dengan penuh semangat, agar menarik penonton.

Pertunjukan debus mengandung unsur seni dan agama, serta menggunakan ilmu kebatinan bernuansa magis.

Pemain akan menampilkan atraksi silat untuk menghangatkan suasana, mulai dari ibing biasa hingga pandungdung. Setelah penonton banyak berdatangan, maka atraksi debus akan mulai menampilkan dari yang ringan hingga paling berbahaya, sebagai pertunjukan puncaknya.

Pertunjukan debus mengandung unsur seni dan agama, serta menggunakan ilmu kebatinan bernuansa magis. Sedikitnya terdapat 40 jenis atraksi debus, antara lain : atraksi berjalan di atas bara api, memukul bata di atas kepala dengan kayu, menjilat pisau yang dibakar, menyayat anggota badan dengan pecahan botol, menusuk pipi dengan jarum, menginjak pecahan kaca, mengupas kelapa dengan gigi, menusuk lidah dengan kawat, dan atraksi berbahaya lainnya.

Baca Juga: Tradisi Bersyukur Ala Suku Tengger

Meskipun silat merupakan gerakan dasar dari debus, tetapi tidak setiap pesilat bisa menjadi pemain debus. Sebab dalam debus menampilkan atraksi kekebalan tubuh untuk melawan berbagai benda tajam, maka butuh keahlian khusus dengan latihan terlebih dahulu.

Ikuti juga info kuliner dan wisata Jelajahin.com di TikTok.