Tradisi Tangkap Ikan dengan Janur

Tradisi Mane’e merupakan upacara adat menangkap ikan secara tradisional dengan menggunakan Sami yang ditebar dilaut saat air pasang oleh masyarakat Kakorotan.

Foto: Dok.lautsehat.id

Jelajahin.com, Jakarta – Beragamnya suku di Indonesia membuat budaya yang ada di negara kita juga semakin beragam. Salah satu keberagaman budaya di Indonesia adalah berbagai festival atau upacara yang berhubungan dengan adat. Tak terkecuali bagi masyarakat Kabupaten Kepulauan Talaud di Sulawesi Utara (Sulut) tepatnya di Kecamatan Nanusa. Di daerah tersebut, masyarakat masih menjaga warisan luhur berupa tradisi menangkap ikan secara massal tanpa bantuan teknologi. Tradisi tangkap ikan tersebut dikenal dengan sebutan Mane’e.

Tradisi Mane’e sendiri merupakan upacara adat menangkap ikan secara tradisional dengan menggunakan Sami (tali hutan yang dirangkai dengan janur) yang ditebar dilaut saat air pasang dan ditarik secara perlahan- lahan ketepian saat air surut.

Untuk tali yang digunakan diambil dari dalam hutan oleh beberapa orang kampung Kakorotan-Intata. Mereka kemudian bertugas merangkai penggalan-penggalan tali yang diambil dari hutan tersebut menjadi sebuah tali yang panjang. Tali dengan panjang sekitar 600 meter tersebut kemudian dililit dengan janur dari ujung hingga pangkal.

Asal usul

Asal usul lahirnya tradisi Mane’e dilatarbelakangi oleh terjadinya sebuah gempa besar yang memicu tsunami pada tahun 1628. Akibat bencana alam tersebut, Pulau Kakorotan induk terbelah menjadi tiga bagian yaitu Pulau Kakorotan, Pulau Intata dan Pulau Malo.

Tradisi Mane’e sendiri merupakan upacara adat menangkap ikan secara tradisional dengan menggunakan Sami (tali hutan yang dirangkai dengan janur) yang ditebar dilaut saat air pasang dan ditarik secara perlahan- lahan ketepian saat air surut.

Dikisahkan hanya 8 warga yang selamat dari bencana dahsyat kala itu. Mereka merupakan cikal bakal empat suku yang kemudian mendiami Kepulauan Kakorotan-Intata, yakni Waleuala, Pondo, Melonca, dan Parapa. Di masa kemalangan tersebut, datanglah kepada mereka dua orang asing. Di luar perkiraan, mereka mengerak-gerakkan dedaunan ke dalam air. Gerakan tersebut ternyata mengundang banyak ikan untuk datang ke pantai.

Didorong rasa takjub, lantas penduduk memohon kepada pendatang asing itu agar diajari cara menangkap ikan seperti itu. Tak sampai di sini, pendatang asing itu juga bersedia mewariskan alat penangkap ikan tersebut sebelum kembali berlayar. Sejak saat itulah tradisi Mane’e diyakini dimulai.

Prosesi

Hingga kini, tradisi tersebut selalu dilakukan setiap tahunnya, tepatnya di sekitar bulan Mei atau Juni. Bahkan, pemerintah setempat pun terus berupaya mengangkat tradisi tersebut menjadi salah satu objek wisata andalan Desa Kakorotan.

Adapun, prosesi tradisi Mane’e sendiri terdiri dari sembilan tahapan yang harus dilaksanakan secara berurutan selama beberapa hari. Rangkaian tahapan tersebut meliputi Maraca Pundangi (memotong tali hutan), Mangolom Para’ra (permohonan kepada Tuhan), Mattuda Tampa Pane’e (menuju lokasi upacara), Mamabi’u Sammi (membuat alat tangkap dari janur kelapa yang dilingkarkan pada tali hutan), Mamoto’u Sammi (menebar tali rotan dan janur), Mamole Sammi (menarik tali rotan dan janur ke darat), Manganu Ina (mengambil hasil tangkapan/ikan), Matahia Ina (membagikan hasil tangkapan), serta Manarm’ma Alama (makan bersama hasil tangkapan sebagai ucapan syukur).

Umumnya, semua tahapan prosesi tersebut dilaksanakan secara bergotong-royong melibatkan semua elemen masyarakat Kokorotan-Intata. Acara puncak Mane’e dimulai sehari sebelum hari pelaksanaan. Seorang Ratumbanua (tetua adat setempat) memimpin jalannya sebuah ritual bernama ‘Malahaan’ sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan. Pada ritual ini, semua perlengkapan yang akan digunakan dalam acara puncak Mane`e didoakan, seperti perahu dan tali hutan yang telah dililit janur.

Baca Juga: Mengenal Tradisi Bau Nyale Khas Masyarakat Lombok

Ritual tersebut jadi bentuk permohonan pada Tuhan supaya para nelayan bisa dapat tangkapan berlimpah. Selain itu, melalui tradisi Mane’e tersebut diharapkan masyarakat dapat merayakan dan menghormati nilai-nilai budaya sambil menginspirasi generasi muda untuk terlibat dalam kegiatan kreatif dan positif.

Ikuti juga info kuliner dan wisata Jelajahin.com lainnya di TikTok.