Jelajahin.com, Jakarta – Menjadi salah satu kabupaten di Jawa Tengah (Jateng), Sragen juga kerap dikenal dengan sebutan Kota Fosil. Hal tersebut dikarenakan di Sragen terdapat situs purbakala penting dan rumah dari destinasi wisata Museum Manusia Purba Sangiran atau Museum Sangiran.
Museum tersebut berdekatan dengan area situs fosil purbakala Sangiran dengan luas mencapai 56 km² yang meliputi tiga kecamatan di Sragen (Gemolong, Kalijambe, dan Plupuh) serta Kecamatan Gondangrejo yang masuk wilayah Kabupaten Karanganyar. Selain itu, situs Sangiran berada di dalam kawasan Kubah Sangiran yang merupakan bagian dari depresi Solo, di kaki Gunung Lawu (17 km dari kota Solo).
Museum Manusia Purba Sangiran sangat cocok difungsikan sebagai wisata edukasi sejarah mengenai pola kehidupan manusia purba di Jawa.
Sebagai informasi, situs manusia purba di Sangiran dianggap menjadi yang terbesar dan terpenting di dunia. Bahkan, para peneliti beranggapan bahwa Sangiran adalah pusat peradaban besar, penting, dan lengkap manusia purba di dunia, karena memberikan petunjuk tentang keberadaan manusia sejak 150.000 tahun lalu.
Menariknya, museum arkeologi yang berlokasi di Kecamatan Kalijambe tersebut berada di area situs fosil purbakala menjadi salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO. Oleh karena itu, Museum Manusia Purba Sangiran sangat cocok difungsikan sebagai wisata edukasi sejarah mengenai pola kehidupan manusia purba di Jawa, termasuk perkembangan ilmu Antropologi, Arkeologi, Geologi, maupun Paleoantropologi.
Koleksi museum
Untuk koleksi, Museum Manusia Purba Sangiran menyimpan koleksi benda-benda purbakala kurang lebih sebanyak 13.806 koleksi yang tersimpan di dua tempat, yaitu 2.931 koleksi tersimpan di ruang pamer dan 10.875 di dalam ruang penyimpanan.
Koleksi yang ada di sana antara lain, koleksi manusia purba seperti replika australopithecus africanus, replika pithecanthropus mojokertensis (pithecanthropus robustus), replika homo soloensis, repliak homo neanderthal Eropa, replika homo neanderthal Asia dan homo sapiens.
Koleksi fosil binatang bertulang belakang, seperti gajah (Elephas namadicus, Stegodon trigonocephalus, Mastodon sp), Kerbau (bubalus palaeokarabau), Harimau (felis palaeojavanica), Babi (Sus sp), Badak (rhinoceros sondaicus), Sapi dan Banteng (ovidae), dan Rusa serta Domba (cervus sp).
Lalu ada juga koleksi fosil binatang laut serta air tawar, seperti Buaya (crocodillus sp), ikan dan kepiting, ada juga gigi ikan hiu, Kuda Nil (hippopotamus sp), Moluska (kelas Pelecypoda dan Gastropoda), Kura-kura (chelonia sp) hingga foraminifera.
Selanjutnya, ada juga batuan, seperti Kalsedo, Rijang, Batu meteor, hingga diatom. Dan terakhir terdapat artefak batu seperti bilah dan serpih, gurdi dan serut, kapak persegi, bola batu, dan kapak perimbas-penetak.
Untuk memberikan edukasi kepada pengunjung museum, pengelola juga menyediakan audio dan penjelasan di sisi terdekat dari peninggalan sejarah yang dipajang di museum. Tidak hanya itu saja, Museum Manusia Purba Sangiran juga terdapat beberapa klaster di Museum Sangiran yang hanya berjarak beberapa kilometer. Mulai dari Museum Sangiran Klaster Ngebung, Museum Sangiran Klaster Dayu, Museum Sangiran Klaster Bukuran, dan Museum Sangiran Klaster Krikilan.
Baca Juga: Menyusuri Jejak Peradaban Maju Masa Silam
Tidak hanya itu saja, pengelola juga menyediakan outlet cinderamata bagi Anda yang ingin membeli oleh-oleh khas museum. Kebanyakan, produk cinderamata yang ditawarkan berupa tiruan koleksi yang ada didalam museum.
Untuk jam operasional museum buka mulai pukul 08.00 WIB-16.00 WIB dann tutup pada hari Senin. Untuk harga tiket masuknya sebesar Rp 10.000 (wisatawan lokal) dan Rp 15.000 (wisatawan mancanegara).
Ikuti juga info kuliner dan wisata Jelajahin.com di TikTok.
Balas
View Comments