Jelajahin.com, Jakarta – Menjadi ibu kota Provinsi Jawa Tengan (Jateng), destinasi wisata Semarang yang terus berkembang dalam beberapa tahun yang menjadikan kota tersebut kian menarik untuk dikunjungi. Tidak hanya menyajikan kelezatan kuliner dan keindahan kota, Semarang juga menyimpan beragam potensi wisata sejarah yang sayang jika dilewatkan. Salah satu wisata sejarah paling terkenal di Kota Semarang adalah Gedung Lawang Sewu.
Secara etimologis kata Lawang Sewu berasal dari bahasa jawa yang memiliki arti “pintu seribu”. Penyebutan Lawang Sewu didasarkan pada banyaknya jendela dan pintu yang ada di bangunan tersebut. Meskipun memiliki nama pintu seribu, bangunan yang terletak di Jalan Pemuda, Sekayu, Kecamatan Semarang Tengah tersebut hanya memiliki 928 pintu.
Sejarah
Bicara Lawang Sewu tentu tidak dapat dilepaskan dari sejarah yang ada di dalamnya. Lawang Sewu sendiri menjadi saksi bisu keberadaan kolonialisme Belanda dan bagaimana perkembangan budaya di masa lalu. Sebelumnya, bangunan tersebut merupakan kantor pusat Nederlandsch–Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) yang bertanggungjawab dalam membangun jalur kereta api pada saat itu. Pada tahun 1904 dimulailah proses pembangunan gedung administrasi perkantoran kereta api oleh J.F. Klinkhamer dan B.J. Queendag sebagai koordinator perencanaan, serta memilih Cosman Citroen sebagai arsitek untuk gedung tersebut. Pembangunan gedung ini berakhir pada tahun 1918.
Meskipun memiliki nama pintu seribu, bangunan yang terletak di Jalan Pemuda, Sekayu, Kecamatan Semarang Tengah tersebut hanya memiliki 928 pintu.
Ketika memasuki masa penjajahan Jepang, bangunan Lawang Sewu berubah menjadi Kantor Ryuku Sokyoku (Jawatan Transportasi Jepang). Selain menggunakan kantor transportasi, Jepang juga menggunakan ruang bawah tanah Lawang Sewu sebagai penjara dan tempat eksekusi mati.

Setelah masa perang mempertahankan kemerdekaan gedung Lawang Sewu berubah menjadi kantor DKARI (Djawatan Kereta Api Republik Indonesia). Namun, memasuiki tahun 1946 ketika Belanda mulai menancapkan kekuasaannya di Semarang, DKARI harus berpindah ke bekas kantor de Zustermaatschappijen kareba gedung Lawang Sewu dimanfaatkan Belanda untuk menjadi markas Belanda.
Pada tahun 1994 dilakukan penyerahan ke PT KAI dan dilakukan restorasi gedung Lawang Sewu pada tahun 2009. Lalu, pada tahun 2011 gedung Lawang Sewu dijadikan destinasi wisata sejarah perkeretaapian di Indonesia.
Lawang Sewu sendiri terdiri dari lima bangunan dan dirancang oleh arsitek yang berbeda-beda. Awalnya, Lawang Sewu dirancang Ir. P. de Rieu, seorang arsitek asal Belanda. Gedung C merupakan bangunan yang pertama kali dibuat dan difungsikan sebagai kantor percetakan karcis kereta api pada tahun 1900.
Rancangan pembangunan kemudian dilanjutkan oleh Prof. J. Klinkhamer dan B. J. Oundag setelah Ir. P. de Rieu meninggal dunia. Kedua arsitek ini membangun gedung A sebagai kantor utama NIS. Pembangunan dimulai pada Februari 1904 dan rampung pada Juli 1907.
Selanjutnya, Lawang Sewu diperluas dengan dibangunnya gedung B, D, dan E seiring berkembangnya kantor kereta api Belanda. Gedung B masih dibangun oleh Prof. J. Klinkhamer dan B. J. Oundag. Sementara itu, gedung D dan E dirancang oleh Thomas Karsten yang merupakan arsitek termuda pada saat itu.
Jelajah gedung
Saat memasuki area Gedung Lawang Sewu, Anda akan menyaksikan keindahan dari arsitektur gedung tersebut karena memiliki gaya bangunan arsitektur yang khas Eropa. Gedung tersebut memiliki menara kanan dan kiri serta terdapat persegi delapan yang berbentuk kubah diatas menaranya. Menyeseuaikan dengan iklim tropis di Hindia Belanda, maka dibuatlah jendela yang diletakkan pada sisi atap. Selain itu, terdapat juga gable dan balustrade yang tampak dari barat gedung.

Di gedung tersebut pengunjung dapat melakukan berbagai aktivitas seru seperti belajar sejarah kereta api, berfoto ria dengan latar belakang arsitektur eksotis, maupun sekadar bersantai duduk sambil menikmati suasana yang ada disana. Jika Anda bingung terkait Gedung Lawang Sewu, pengelola juga menyediakan jasa tour guide yang akan memudahkan perjalanan tur.
Baca Juga: Pesona Candi Gedong Songo di Lereng Gunung Ungaran
Bagi Anda pecinta petualangan yang menantang, pengelola juga menyediakan Night Tour seputar Gedung Lawang Sewu. Dalam tur tersebut pengunjung akan merasakan sensasi seru dan menegangkan mengelilingi gedung serta menyusuri ruang bawah tanah sambil mendengarkan penjelasan dari tour guide setempat. Bahkan, Anda juga bisa melakukan uji nyali loh di ruang bawah tanah tersebut.

Untuk jam operasional Gedung Lawang Sewu buka setiap hari mulai pukul 08.00 hingga 20.00 WIB. Adapun untuk informasi harga tiket masuk (HTM) paket (masuk Lawang Sewu dan area immersive) terdiri dari Dewasa Rp 30.000 per orang, Anak Rp 20.000 per orang, dan Turis Asing Rp 40.000 per orang, dan tur privat Rp 50.000 per orang. Sedang kan untuk menikmati Night Tour akan dikenakan biaya sebesar Rp 75.000 per orang di jam 21.30-22.30 WIB, dan Midnight Tour sebesar Rp 100.000 per orang di jam 00.00-01.00 WIB.
Ikuti juga info kuliner dan budaya Jelajahin.com lainnya di TikTok.
Balas
View Comments