Jejak Sejarah di Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende

Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende/Foto: Laurent

Jelajahin.com – Pada setiap 1 Juni, bangsa Indonesia merayakan lahirnya hari Pancasila. Dalam peringatan ini, tidak lengkap rasanya tanpa mengenang masa pengasingan Soekarno di Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang menjadi saksi bisu lahirnya ide dasar negara, Pancasila.

Selama empat tahun, mulai dari 14 Januari 1934 hingga 18 Oktober 1938, Soekarno, yang akrab disapa Bung Karno, diasingkan oleh pemerintah kolonial Belanda di Ende. Di sini, Bung Karno tinggal di rumah milik Haji Abdullah Ambuwaru bersama istrinya, Inggit Garnasih, ibu mertuanya Amsi, serta dua anak angkatnya, Ratna Juami dan Kartika.

Rumah ini, yang merupakan salah satu peninggalan masa kolonial, kini telah menjadi ikon sejarah yang menarik untuk dikunjungi.

Rumah Menjadi Museum

Pada tahun 1951, dua tahun setelah kemerdekaan Indonesia, Bung Karno kembali mengunjungi rumah pengasingannya di Ende. Ia bertemu dengan Haji Abdullah Ambuwaru dan menyampaikan keinginannya agar rumah tersebut dijadikan museum.

Pada kunjungan kedua tanggal 16 Mei 1954, Bung Karno meresmikan rumah ini sebagai museum, mempersembahkannya kepada bangsa sebagai tempat belajar dan mengingat perjuangan bangsa.

Bangunan yang Sederhana dan Kokoh

Meskipun sederhana, rumah pengasingan Bung Karno memiliki arsitektur yang menarik. Di halaman depannya, berdiri patung Sang Proklamator di samping tiang bendera merah putih. Atap rumah ini terbuat dari seng, dinding dari batu bata, tiang dari kayu, dan lantainya dilapisi semen. Rumah ini dilengkapi ruang tamu, kamar tidur, ruang tengah, serambi belakang, musala yang sering dijadikan oleh Bung Karno sebagai tempat beribadah dan merenung, kamar mandi, dan gudang. Halamannya yang terawat dengan baik menambah keindahan tempat ini.

Koleksi Barang Peninggalan Bung Karno

Di dalam museum, pengunjung dapat melihat berbagai koleksi barang pribadi Soekarno, termasuk setrika, ketel, piring, tongkat, lampu, pegangan koran, dan biola. Di ruang tamu, terdapat meja marmer dan kursi rotan yang digunakan Bung Karno untuk menerima tamu. Kamar tidur memamerkan ranjang besi, gantungan pakaian, dan lemari pakaian yang digunakan Bung Karno. Lukisan karya Bung Karno yang dipajang di dinding juga menambah nilai historis tempat ini.

“Tempat spesial di rumah ini adalah ruang salat Bung Karno. Bung Karno sering duduk merenung, berdoa bersama keluarga, di ruang salat belakang.” Jelas Syafrudin selaku juru pelihara situs Rumah Pengasingan Bung Karno

Rumah Pengasingan Bung Karno yang terletak di Ende, Flores, NTT ini merupakan destinasi wisata yang cocok untuk menapaktilasi jejak perjuangan seorang proklamator, memahami lebih dalam tentang kelahiran Pancasila, dan merasakan semangat nasionalisme yang abadi.

Laurent Nabila Zahra Tanjung
Laurent Nabila Zahra Tanjung atau akrab disapa Laulau adalah mahasiswi Sastra Inggris di Universitas Brawijaya, Malang. Ia  memiliki ketertarikan mendalam pada dunia sastra dan kepenulisan, serta aktif menulis tentang isu-isu pendidikan di berbagai portal media nasional. Pada Mei 2024, Laulau bergabung sebagai preservice teacher dalam program International Teaching Program di Taiwan, mengajar di lima sekolah menengah di Kaohsiung, Taiwan. Di luar kegiatan akademik, ia aktif dalam berbagai organisasi, termasuk komunitas literasi Duduk Baca di Kota Malang. Selain berkecimpung di ranah akademik dan non-akademik, Laulau juga memiliki minat besar dalam menjelajahi keindahan alam, destinasi wisata, dan kuliner di Indonesia maupun dunia.