Dispar Kabupaten Sleman: Wisata dan Cagar Budaya di Kapanewon Tempel

Wilayah Kapanewon Tempel memiliki sejumlah destinasi wisata dan cagar budaya menarik untuk dikunjungi, yaitu Grojogan Watu Purbo dan Buk Renteng.

Foto: Istimewa

Jelajahin.com, Jakarta – Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Sleman menyampaikan bahwa wilayah Kapanewon Tempel, Kabupaten Sleman memiliki sejumlah destinasi wisata dan cagar budaya menarik untuk dikunjungi.

Secara geografis, lokasi ini merupakan salah satu kapanewon yang terletak di Kabupaten Sleman yang diikat langsung dengan Provinsi Jawa Tengah (Jateng). Letak ibu kota kapanewon berada di Padukuhan Tempel, Kalurahan Lumbungrejo.

Kapanewon Tempel terbagi dalam 8 Desa/Kalurahan dan 98 Padukuhan. Bagian Administrasi Desa/Kelurahan, yakni Merdikorejo, Lumbungrejo, Margorejo, Mororejo, Pondokrejo, Sumberrejo, Tambakrejo dan Banyurejo.

Wilayah Kapanewon Tempel, Kabupaten Sleman memiliki sejumlah destinasi wisata dan cagar budaya menarik untuk dikunjungi

Di Kalurahan Merdikorejo, Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Sleman Ishadi Zayid mengungkapkan bahwa terdapat wisata alam Grojogan Watu Purbo merupakan wisata air terjun buatan dengan desain berupa enam tingkat terasering yang semula digunakan untuk mengatasi dampak erupsi Gunung Merapi.

Selain itu, Grojogan Watu Purbo sebenarnya merupakan sebuah bendungan (dam) di aliran Kali Krasak dan Kali Bebeng yang berhulu di Gunung Merapi.

“Bendungan tersebut dibangun pada tahun 1975 atas perintah dari Balai Besar Wilayah Sungai berupa Sabo Dam yang bertujuan sebagai kantong lahar untuk menampung material vulkanik agar dampak aliran lahar tidak membahayakan warga di sepanjang Kali Krasak dan Kali Bebeng. Keindahan Grojogan Watu Purbo menjadi cukup populer dan banyak dibicarakan di media sosial,” ungkapnya dalam keterangan tertulis, dikutip Selasa (23/07).

Ia menambahkan, keberadaan destinasi wisata Grojogan Watu Purbo di Kelurahan Merdikorejo Tempel tersebut luar biasa, lantaran pengelolanya antusias mengembangkan destinasi wisata tersebut.

“Keberadaan watu purbo, itu merupakan ikon destinasi wisata yang luar biasa,” tambahnya.

Kemudian di Kalurahan Banyurejo terdapat Buk Renteng yang merupakan sebutan dari Selokan Van Der Wijck, yang didirikan ketika Sri Sultan Hamengkubuwono VIII berkuasa. Bangunan cagar budaya di kawasan Banyurejo Tempel ini, masih berfungsi untuk saluran irigasi bagi areal pertanian di Bumi Sembada.

Bahkan, dalam agenda akan digelar Event SiBakul Jelajah Van der Wijck salah satu bagian dari gelaran Road to Sibakul Jogja Sport Fest 2024 yang rencananya akan digelar pada September 2024. Ini menandai Desa Banyurejo terpilih sebagai lokasi sport tourism dalam gelaran SiBakul Jelajah Van der Wijck karena merupakan salah satu Desa Budaya yang ada di DIY.

Ishadi berpendapat bahwa untuk mengoptimalkan potensi destinasi wisata di Sleman bagian barat, Dispar secara masif menggelar event-event yang akan di arahkan kesana.

“Ke Sleman barat biar wisatanya makin menggeliat, karena potensi di Sleman barat potensinya luar biasa sejalan dengan lahan pertanian, kita dorong nanti tumbuh desa wisata, seperti agrowisata dan lain-lain,” imbuhnya.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa pada akhir Juli 2024, telah ditargetkan untuk merampungkan klasifikasi desa wisata.

“Dari yang kemarin 80 desa wisata nanti mungkin komposisinya bisa berubah, baik yang rintisan, berkembang, maju dan mandiri,” ujarnya.

Baca Juga: Mengenal Unsur Tari dan Magis dalam Kesenian Jathilan

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan Sleman Edy Winarya menjelaskan, pengusulan berbagai peninggalan di Sleman sebagai cagar budaya merupakan salah satu upaya untuk melindungi dan melestarikan.

Untuk penetapan, pihaknya bekerja sama dengan tim ahli cagar budaya untuk  kajian untuk memastikan benda atau situs peninggalan ini memang layak ditetapkan sebagai cagar budaya.

“Untuk status cagar budaya berjejang mulai dari tingkat kabupaten, provinsi hingga nasional,” jelas Edy.

Ikuti juga info kuliner dan wisata Jelajahin.com lainnya di TikTok.