Jelajah Budaya

Mengenal Unsur Tari dan Magis dalam Kesenian Jathilan

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman melalui Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menggelar atraksi seni dan budaya selama tiga hari berturut-turut (13-15 April) untuk menyambut Lebaran 2024. Salah satu

Mengenal Unsur Tari dan Magis dalam Kesenian Jathilan
Heru Yulianto
  • Diunggah: 15 April 2024

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman melalui Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menggelar atraksi seni dan budaya selama tiga hari berturut-turut (13-15 April) untuk menyambut Lebaran 2024. Salah satu atraksi yang menarik perhatian adalah kesenian Jathilan.

Sebagai informasi, Jathilan Yogyakarta merupakan salah satu dari Warisan Budaya Takbenda Indonesia dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yang telah mendapatkan penetapan sejak tahun 2016  dan masuk dalam domain Seni Pertunjukan, jika mengacu pada konvensi UNESCO Tahun 2003 Convention for the safeguarding of Intangible Cultural Heritage, yang telah disahkan melalui Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2007 tentang pengesahan Convention for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage. Lantas, apa itu Jathilan dan kenapa kesenian tersebut selalu dinanti masyarakat? Dikutip dari berbagai sumber, jelajahin.com akan membagiakannya untuk Anda.

Kuda kepang

Jathilan sendiri merupakan sebuah kesenian yang menyatukan antara unsur gerakan tari dengan magis. Jenis kesenian tersebut dimainkan menggunakan kuda tiruan, yang terbuat dari anyaman bambu atau kepang, sehingga kesenian tersebut juga dikenal dengan nama jaran kepang. Penggunaan kuda kepang dipandang sebagai kekuatan yang dapat mengusir roh jahat atau dapat melindungi desa dari berbagai bencana.

Tidak hanya terdapat di DIY saja, kesenian Jathilan juga terdapat di Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Masing-masing daerah memiliki bentuk dan gaya pertunjukan yang khas sesuai dengan budaya dan karakter sosial masyarakat pendukungnya. Bahkan antar kabupaten/kota di DIY juga terdapat bentuk dan gaya pertunjukan Jathilan yang berbeda-beda pula.

Pagelaran seni tersebut dimulai dengan tari-tarian oleh para penari yang gerakannya sangat pelan tetapi kemudian gerakanya perlahan-lahan menjadi sangat dinamis mengikuti suara gamelan yang dimainkan. Gamelan untuk mengiringi jatilan ini cukup sederhana, hanya terdiri dari kendang, kenong, gong, dan slompret, yaitu seruling dengan bunyi melengking. Lagu-lagu yang dibawakan dalam mengiringi tarian, biasanya berisikan himbauan agar manusia senantiasa melakukan perbuatan baik dan selalu ingat pada Sang Pencipta, namun ada juga yang menyanyikan lagu-lagu lain.

Sebagai tontonan, Jathilan juga menawarkan sisi eksotis yang mampu memikat penonton dari atraksi kuda, tarian, iringan musik, dan adegan trance para pemain (adegan pemain jathilan kesurupan roh halus). Kehadiran roh sebenarnya merupakan bagian dari ritual yang diselenggarakan dan masyarakat memandang kehadiran roh tersebut sebagai bagian dari atraksi pertunjukan. Seiring perkembangannya, kesenian Jathilan sebagai kesenian rakyat yang menghibur.

Dalam perkembangannya, Jathilan dibagi menjadi empat. Pertama, Jathilan pakem yaitu Jathilan tradisional yang masih memiliki bentuk dan gaya penyajian sebagaimana aslinya.

Kedua, Jathilan tradisional yang telah dikembangkan atau terdapat penggarapan, sehingga bentuk dan gaya penyajiannya berubah. Bentuk kedua ini biasa disebut jathilan kreasi baru. Jathilan kreasi baru bersifat menghibur dan mengikuti selera masyarakat.

Ketiga, Jathilan yang dikembangkan dalam rangka mengikuti sebuah festival.  Jathilan yang digelar untuk sebuah festival biasanya mengikuti kriteria-kriteria yang ditetapkan sebuah festival.

Keempat adalah Jathilan yang ditampilkan untuk kepentingan hiburan. Jathilan kategori ini adalah kesenian yang mengikuti pesanan tertentu. Artinya, bahwa bentuk dan gaya penyajian jathilan memiliki permintaan terkait dengan penyajian.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *