Menggali Makna Tradisi Potong Gigi Masyarakat Bali

Selain kaya akan objek wisata, Pulau Bali juga terkenal dengan kekentalan budaya dan tradisi yang masih terjaga hingga saat ini. Salah satu tradisi yang kerap dijalankan oleh masyarakat disana adalah tradisi potong gigi atau yang sering disebut dengan Metatah, Mepandes, maupun Mesanggih.

Tradisi potong gigi masyarakat Hindu Bali terbilang sangat sakral karena tradisi tersebut merupakan upacara yang menandakan bahwa seorang remaja telah dewasa dan dapat mengendalikan hawa nafsunya.

Sarat akan makna

Dikutip dari berbagai sumber, upacara potong gigi di Bali dikenal sebagai perayaan yang sarat akan makna dan dianggap penting dalam budaya Bali. Tradisi ini memiliki bermakna sebagai upacara pembersihan rohani atau pembersihan diri dari sifat-sifat buruk yang mungkin dimiliki sejak lahir. Dengan dilakukannya pembersihan diri tersebut, mereka dapat memulai fase baru dalam hidup mereka dengan fikiran dan prilaku yang lebih baik. Tak jarang, tradisi potong gigi merupakan suatu momen penting bagi anak Bali karena menandakan bahwa mereka siap untuk menghadapi dan tanggung jawab yang lebih besar dalam masyarakat.

Selain itu, potong gigi juga memiliki makna menemukan hakikat manusia dan terlepas dari Sad Ripu. Sad Ripu sendiri merupakan enam jenis musuh manusia yang timbul akibat perbuatan yang sangat buruk. Enam jenis musuh manusia yang dimaksud adalah Kama (keinginan atau mengumbar nafsu), Lobha (sifat yang serakah), Krodha (sifat pemarah dan dendam), Mada (mabuk), Moha (sifat angkuh), serta Matsarya (sifat iri hati dan dengki). Sehari sebelum dilaksanakan prosesi potong gigi, para remaja atau anak biasanya mengadakan upacara megap atau dipingit dan dilarang untuk keluar rumah.

Biasanya, upacara potong gigi dilakukan pada pagi hari setelah matahari terbit. Namun, tak jarang di beberapa daerah Bali melaksanakannya pada subuh sebelum matahari terbit. Pakaian potong gigi juga sangat khusus yaitu menggunakan pakaian berwarna putih dan kuning.

Sebelum melakukan proses upacara potong gigi, masyarakat Bali biasanya melakukan acara sungkeman atau penghormatan dari anak kepada orang tuanya. Kemudian melangkah ke Bale Penatahan dan berbaring hingga proses potong gigi selesai dilaksanakan.

Prosesi potong gigi dilakukan tidak dilakukan dengan memotong gigi, namun dengan mengikir kedua gigi taring dan 4 gigi seri rahang atas dengan hati-hati. Perlu diketahui, ketebalan email gigi adalah 2 milimeter. Oleh karena itu, bagian gigi yang dipotong/kikir tidak boleh lebih dari 2 milimeter. Jika lebih dari itu, maka dentin akan terpapar dengan udara dan bisa menyebabkan gigi terasa ngilu, hingga kematian gigi.

Setelah gigi dikikir, peserta Metatah diminta untuk mencicipi 6 rasa dari pahit, asam, pedas, sepat, asin dan manis. Setiap rasa tersebut memiliki makna di dalamnya. Rasa pahit dan asam adalah simbol agar tabah menghadapi kehidupan yang keras. Rasa pedas sebagai simbol tentang kemarahan, tetap sabar ketika mengalami hal yang menimbulkan emosi kemarahan. Rasa sepat sebagai simbol agar taat pada peraturan atau norma-norma yang berlaku. Rasa asin menandakan kebijaksanaan. Rasa manis sebagai penanda kehidupan yang bahagia.