3 Tradisi Unik Bumi Sriwijaya

Masuknya ajaran Islam ke Sumsel membuat pembauran kebudayaan antara ajaran agama dengan kebudayaan lokal. Sehingga terciptalah upacara adat unik dan menarik.

Foto: Istimewa

Jelajahin.com, Jakarta – Tradisi atau adat merupakan kebiasaan yang disepakati dan dilakukan secara turun temurun di suatu daerah dan menjadi ciri khas daerah tersebut. Terlebih, upacara adat sangat erat kaitannya dengan kepercayaan masyarakat setempat. Di beberapa daerah, pelaksanaan upacara adat memiliki makna, salah satunya yang masih menjalankan beberapa upacara adat adalah Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel).

Sumsel sendiri dikenal sebagai pusat Kerajaan Sriwijaya dan disebut Bumi Sriwijaya pada abad ke-7 hingga ke-12. Sejarah inilah yang membuat adat istiadat dan kebudayaan di Provinsi Sumsel sangat kental dengan budaya pada Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit. Selain itu, masuknya ajaran Islam ke Sumsel membuat pembauran kebudayaan antara ajaran agama dengan kebudayaan lokal. Sehingga terciptalah upacara adat yang unik dan sangat menarik.

Masuknya ajaran Islam ke Sumsel membuat pembauran kebudayaan antara ajaran agama dengan kebudayaan lokal. Sehingga terciptalah upacara adat yang unik dan sangat menarik.

Lantas, apa saja upacara adat yang ada di Bumi Sriwijaya tersebut? Berikut Jelajahin.com akan merangkumnya untuk Anda.

Bekarang Iwak

Bekarang Iwak (ikan) merupakan tradisi masyarakat Palembang, tepatnya berada di Kecamatan Gandus. Bekarang Iwak dalam bahasa Palembang memiliki arti menangkap ikan. Upacara tersebut sebagai suatu perwujudan rasa syukur atas aliran sungai yang memberi masyarakat mata pencaharian dan untuk menghormati leluhur.

Tradisi tersebut biasanya dilakukan setiap satu tahun sekali. Upacara Bekarang Iwak biasanya dilakukan dengan menangkap ikan bersama di sungai dan diikuti oleh semua lapisan masyarakat dan bertujuan sebagai sarana mempererat tali persaudaraan dan kerukunan di tengah masyarakat Sumsel. Kemudian, hasil tangkapan ikan di upacara tersebut boleh dibawa pulang dan dinikmati bersama sanak saudara.

Ngobeng

Selanjutnya adalah tradisi Ngobeng merupakan tradisi turun temurun yang memiliki nilai- nilai kearifan yang masih relevan untuk dilestarikan oleh masyarakat saat ini. Nilai yang terkandung dalam upacara tersebut adalah nilai kebersamaan, gotong- royong, menumbuhkan tata krama makan, dan saling menghormati.

Tradisi tersebut merupakan hasil dari pembauran tradisi islam dengan kebudayaan lokal. Secara umum, Ngobeng adalah tradisi dimana beberapa orang duduk bersila membentuk lingkaran, kemudian makan bersama.

Untuk makanan yang disajikan berupa lauk pauk dan pulur. Pulur sendiri terdiri dari sayur, sambal dan buah-buahan. Selain itu, nasi juga disajikan sebagai pusat hidangan yang disajikan dalam dulang. Dalam tradisi Ngobeng diatur pula siapa saja yang ikut untuk duduk melingkar dilihat dari strata sosial, usia dan jenis kelamin. Upacara tersebut biasa dilaksanakan dalam acara pernikahan, khitanan, dan syukuran.

untuk dilestarikan, hal ini dikarenakan dalam tradisi ngobeng terdapat nilai-nilai kearifan yang bernilai positif dalam menghadapi isu problematika yang berkembang saat ini.

Sedekah Rame

Tradisi Sedekah Rame adalah upacara adat berdoa bersama sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas keberlimpahan rezeki dan hasil bumi yang didapatkan. Selain melakukan ritual doa, dalam upacara tersebut diakhiri dengan makan bersama di lahan pertanian seperti kebun atau sawah.

Baca Juga: Menilik Sejarah Pempek Palembang

Tradisi Sedekah Rame diharapkan dapat menjaga kesuburan tanah dan keberlimpahan hasil panen di musim tanam berikutnya. Selain itu, tradisi tersebut juga dipercaya dapat memperkuat jalinan persaudaraan dan silaturahmi antarwarga, menciptakan harmoni serta kebersamaan dalam masyarakat.

Ikuti juga info kuliner dan wisata Jelajahin.com lainnya di TikTok.