Tradisi Berbalas Pantun dari Sumbar

Tidak hanya dikenal dengan keberagaman kuliner dan keindahan alam yang memukau, Provinsi Sumbar juga memiliki salah satu tradisi unik yaitu Batombe.

Foto: Istimewa

Jelajahin.com, Jakarta – Tidak hanya dikenal dengan keberagaman kuliner dan keindahan alam memukau, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) juga memiliki salah satu tradisi unik yang diberi nama Batombe.

Mengutip dari laman kebudayaan.kemdikbud.go.idbatombe berasal dari kata ba yang merupakan awalan kata, sedangkan tombe berarti pantun. Sehingga, Batombe dapat diartikan sebagai seni pertunjukan berbalas pantun yang disampaikan dengan cara didendangkan oleh antar-individu maupun antar-kelompok. Selain itu, tombe sendiri dalam bahasa abai mempunyai tiga makna, yaitu tiang atau tegak, musyawarah atau mufakat, dan bersatu.

Dendang pantun

Dalam tradisi Batombe, umumnya para peserta akan mendendangkan pantun adat. Bahkan, Pantun-pantun Batombe cenderung menyampaikan perasaan yang mendayu-dayu, sehingga para pedendangnya sering hanyut ke dalam suasana pertunjukan. Mulai dari pantun yang mengandung ungkapan perasaan cinta, kesedihan, kebahagiaan, serta berbagai macam emosi manusia lainnya, sambil menggunakan kata kiasan. Selain itu, tradisi tersebut biasanya menggunakan alat musik pengiring berupa rebab.

Batombe  telah berkembang dalam berbagai acara penting seperti perkawinan, pembangunan rumah, memasuki rumah, batagak penghulu dan menyambut tamu.

Dalam pelaksanaan, para pendendang Batombe terdiri dari 2 laki-laki dan perempuan atau berkelompok. Bahkan, peserta tidak mempunyai panduan atau teks pantun khusus tapi mengalir dengan spontan sambil di iringi musik. Satu hal yang menarik dari kesenian tersebut adalah lantunan pantun yang seringkali menggambarkan keadaan faktual, sehingga penikmat suka betah berlama-lama menyaksikannya.

Untuk menjadi peserta tradisi tersebut juga tidak ada batasan usia, mulai dari remaja hingga orang tua bisa menjadi peserta Batombe. Tidak hanya itu saja, kesenian batombe juga sering melibatkan orang lain atau penonton dalam balas pantun.

Pemberi semangat

Meskipun lahir dan berkembang pada masyarakat Nagari Abai, Kabupaten Solok Selatan, namun tidak ada yang mengetahui kapan tradisi Batombe muncul. Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, tradisi tersebut muncul pada saat gotong royong membangun rumah gadang/masjid dan sebagai sarana pemberi semangat.

Dahulu, gotong royong memang kerap dilakukan baik dalam pembangunan kampung/nagari, pembangunan rumah gadang serta pembangunan masjid.  Konon, disaat warga sedang mengambil kayu ke hutan untuk keperluan tiang, ada satu ketika kayu yang sudah ditebang tidak bisa diangkat bahkan sama sekali tidak bisa digeser. Berbagai usaha telah mereka lakukan, kayu tersebut tetap tidak bisa diangkat.

Dalam kondisi putus asa, tiba-tiba para perempuan yang memang bertugas untuk menyiapkan bekal mencari cara untuk memberi semangat kepada kaum pria yang sedang susah payah mencari cara untuk memindahkan kayu. Lalu secara spontan mereka mulai berpantun yang kemudian dibalas oleh para pekerja pria. Dalam sahut-sahutan pantun tersebut, kemudian tanpa disadari kayu yang tadi tidak bisa digeser kemudian sedikit demi sedikit bergeser dan bisa dipindahkan ke lokasi pembangunan rumah.

Baca Juga: Balutan Legenda dan Keindahan Pantai Air Manis

Demikian selanjutnya balas pantun berkembang dalam berbagai kegiatan-kegiatan bersama hingga akhirnya menjadi satu tradisi dalam perhelatan-perhelatan. Kini, Batombe juga telah berkembang dalam berbagai acara penting seperti perkawinan, pembangunan rumah, memasuki rumah, batagak penghulu dan menyambut tamu.

Ikuti juga info kuliner dan wisata Jelajahin.com lainnya di TikTok.