Tari Burung Enggang, Cara Dayak Kenyah Muliakan Nenek Moyang

Indonesia merupakan negeri kaya dengan berbagai keunikan budaya dan tradisi. Salah satu kekayaan budaya Indonesia yang memiliki daya tarik tinggi adalah tarian tradisionalnya. Tidak hanya memesona bagi masyarakat lokal, tarian Indonesia juga berhasil mencuri perhatian dunia internasional. Salah satu tarian yang memperlihatkan keanggunan dan sarat budaya adalah Tari Burung Enggang.

Masyarakat Dayak Kenyah sangat menghormati dan memuliakan burung enggang. Bulu-bulu burung enggang ini selalu memegang peranan yang penting pada setiap upacara-upacara adat dan tarian-tarian adat dan juga bentuk-bentuk burung enggang banyak terdapat pada ukiran-ukiran suku Dayak Kenyah.

Muliakan leluhur

Tari Burung Enggang atau Tari Kancet Lasan merupakan sebuah tarian yang berasal dari Suku Dayak Kalimantan Timur (Kaltim). Menurut kepercayaan orang Dayak Kenyah bahwa nenek moyang mereka berasal dari langit dan turun ke bumi menyerupai burung enggang.

Oleh karena itu, tarian tersebut dibawakan untuk memuliakan nenek moyang/leluhur, upacara adat, dan untuk penyambutan tamu. Ada pula yang mengartikan tarian burung enggang sebagai simbol perpindahan masyarakat Dayak dari satu tempat ke tempat lainnya secara berkelompok. Melihat kebiasaan suku Dayak pada masa yang lalu selalu berpindah tempat dan menjalani hidup secara nomaden, dikarenakan Suku Dayak pada masa itu selalu berperang antar suku, sehingga mereka memilih hidup berpindah-pindah untuk mencari keselamatan

Dalam Tari Burung Enggang terdapat tiga gerakan dasar. Pertama, nganjat adalah gerakan utama atau gerakan khas dari tarian dayak yang menyerupai burung enggang, gading yang membuka menutup sayap nya dalam gerakan ini melambangkan gerakan molek dari seorang penari Dayak. Kedua, ngasai adalah gerakan yang menyerupai burung enggang yang sedang terbang. Ketiga, purak barik adalah sebuah gerakan dasar yang merupakan gerakan perpindahan tempat.

Biasanya, Tari Burung Enggang biasanya ditarikan oleh perempuan-perempuan muda Suku Dayak menggunakan hiasan di atas kepala bermotif burung enggang, menggunakan anting-anting besar, dan memegang hiasan bulu burung enggang.

Saat ini Tari Enggang semacam menjadi tarian wajib dalam setiap even, baik itu dalam upacara adat Suku Dayak, maupun dalam setiap acara-acara kebudayaan di Indonesia. tidak hanya itu saja, tak jarang Tari Enggang juga dipertunjukkan di panggung-panggung internasional.

Meskipun begitu, terdapat perkembangan gerak tarinya menjadi Tari Enggang kreasi baru, namun tidak terlepas dari makna serta filosofi yang terkadung dalam Tari Burung Enggang, yaitu sebagai bahasa budaya dan mempererat tari persaudaraan antar suku bangsa yang ada di Indonesia.