Menyingkap Sejarah Kelezatan Rawon

Kuliner Rawon dipercaya sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit. Hal itu dibuktikan dari Prasasti Taji (901 Masehi) yang ditemukan di Ponorogo.

Foto: Dok.Indonesiakaya.com

Jelajahin,com, Jakarta – Bicara tentang Jawa Timur (Jatim) memang tak ada habisnya. Terlebih, sebagai provinsi yang berada di bagian timur Pulau Jawa tersebut memiliki banyak keistimewaan seperti wisata alam hingga budayanya yang beragam. Tidak hanya itu saja, Jatim juga memiliki kuliner andalan yang sudah cukup terkenal yaitu Rawon. Namun apakah Anda pernah tahu bagimana rawon tercipta dan bagaimana sejarahnya? Berikut Jelajahin.com akan membagikannya untuk Anda.

Zaman Majapahit

Konon, sajian Rawon dipercaya sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit. Hal tersebut dibuktikan dari Prasasti Taji yang dikeluarkan pada tahun 901 Masehi oleh Rakryan I Watu Tihang Pu Sanggramadurandara yang ditemukan di Ponorogo. Dalam prasasti tersebut Rawon ditulis dengan nama “Rarawwan”.  Prasasti tersebut sendiri terdiri atas tujuh lempeng tembaga, yang ditemukan di Dukuh Taji, Desa Gelanglor, Sukorejo Ponorogo, Jatim pada tahun 1868. Oleh karena itu, berdasarkan prasasti tersebut yang membuat banyak orang meyakini bahwa kuliner Rawon berasal dari Ponorogo, sebelum akhirnya menyebar ke seluruh pelosok Jatim.

Rawon dipercaya sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit. Hal tersebut dibuktikan dari Prasasti Taji yang dikeluarkan pada tahun 901 Masehi oleh Rakryan I Watu Tihang Pu Sanggramadurandara yang ditemukan di Ponorogo.

Karena kelezatannya, Rawon dahulunya juga diketahui sebagai makanan yang sangat digemari oleh keluarga kerajaan Keraton Mangkunegaran Surakarta. Hal tersebut dibuktikan dengan ditemukannya catatan resep bernama Serat Wulangan Olah-Olahan Warna-Warni yang dicetak pada tahun 1926. Oleh karena itu, walau identik dengan masakan Jatim, hidangan Rawon juga banyak dijumpai di sekitar kota wilayah Surakarta.

Selain itu, beberapa penelitian berpendapat bahwa nama Rawon berasal dari bahasa Jawa “Rawa” yang menyerupai warna air rawa yang gelap. Dahulunya, masakan Rawon menggunakan daging kerbau, namun kini diganti daging sapi yang lebih umum dan mudah ditemukan.

Sup hitam

Salah satu kunci dari kelezatan dan keunikan Rawon terletak pada penggunaan keluak di dalam sup hitam tersebut. Penggunaan keluak memberikan warna hitam pekat, rasa gurih dans edikit asam yang menjadi ciri khas Rawon. Bisa dibilang, kalau tidak menggunakan keluak, Rawon hanyalah sup biasa. Karena warnanya yang hitam pekat tersebut banyak wisatawan mancanegara menyebut rawon dengan sebutan black soup.

Umumnya, dalam seporsi Rawon terdiri dari potongan daging sapi, tauge, taburan bawang goreng, kerupuk udang, telur asin, dan kuah sup yang hitam pekat. Kuah Rawon sendiri biasanya terdiri dari campuran rempah-rempah seperti bawang merah, bawang putih, jahe, lengkuas, kunyit, dan serai. Tidak hanya itu saja, dimasak dengan metode lambat dan campuran bumbu-bumbu rempah khas, membuat daging rawon sangat empuk dan kaldu meresap sempurna yang menciptakan kelezatan dalam setiap gigitan.

Baca juga: 3 Destinasi Wisata Seru Probolinggo

Menariknya, pada tahun 2020, Rawon menjadi pemenang sup terenak se-Asia menurut situs TasteAtlas yang merupakan situs kuliner dari Kroasia. Di mana, situs tersebut berfokus membuat ulasan tentang berbagai makanan dari seluruh dunia, meliputi makanan lokal, makanan tradisional, serta resep autentik serta ulasan dari para ahli.

Ikuti juga info budaya dan wisata Jelajahin.com lainnya di TikTok.