Mengenal Budaya Mangenta Khas Kalteng

Dahulunya, masyarakat Dayak menjaga tradisi Mangenta bertujuan untuk mendahului masa berkembang biaknya hama padi seperti tikus, burung, maupun serangga.

Jelajahin.com, Palangka Raya – Setiap tahunnya Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Tengah (Kalteng) menggelar Festival Budaya Isen Mulang (FBIM). Di tahun 2024 ini, FBIM pun diselenggarakan di Gor Tuah Pahoe, Jalan Tjilik Riwut KM5,5 Palangka Raya. Menariknya, pada kegiatan tersebut juga kerap dilaksanakan lomba Mangenta atau makanan Kenta.

Untuk tahun ini, lomba Mangenta diikuti 10 kabupaten dan satu kota se-Kalteng. Mulai dari Kabupaten Kapuas, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Barito Selatan, Kabupaten Barito Timur, Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Sukamara dan Kota Palangka Raya.

Lomba Mangenta terdiri dari regu yang beranggotakan lima orang yaitu dua orang penumbuk, satu orang menguir, satu orang memasak/menyangrai, satu orang penyaji. Sedangkan kriteria penilaian kompetisi tersebut adalah kerja sama/tanggung jawab dalam pembagian tugas, teknik dan proses pembuatan, kecepatan dan ketepatan waktu, kesempurnaan dan rasa serta kebersihan dan penyajian.

Lantas, apa itu tradisi Mangenta dan apa makna yang terkandung di dalamnya? Berikut jelajahin.com akan membagikannya untuk Anda.

Rasa syukur

Mangenta sendiri merupakan suatu kegiatan turun-temurun dari nenek moyang suku Dayak Kalteng yang terus dilestarikan hingga kini. Kenta (makanan/kudapan) yang dianggap sebagai Panginan Bakas khususnya Das Kahayan dimana makanan/kudapan tersebut hanya ditemukan pada saat-saat tertentu dan acara adat seperti Pakanan Batu.

Upacara Pakanan Batu ini sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih kepada peralatan yang dipakai saat bercocok tanam sejak membersihkan lahan hingga menuai panen. Dahulunya, masyarakat Dayak menjaga tradisi Mangenta bertujuan untuk mendahului masa berkembang biaknya hama padi seperti tikus, burung, maupun serangga.

Upacara Pakanan Batu ini sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih kepada peralatan yang dipakai saat bercocok tanam sejak membersihkan lahan hingga menuai panen.

Dari proses pembuatan kenta ini disebut dengan Mangenta. Kenta yang terbuat dari bahan dasar padi ketan dipercaya memiliki manfaat bagi kesehatan. Bahan yang diperlukan untuk membuat kenta adalah padi ketan, kelapa muda, gula putih/gula merah dan air kelapa muda.

Untuk cara membuatnya, padi ketan yang sudah direndam dan ditiriskan, disangrai selama kurang lebih 10 menit dengan api sedang. Padi yang sudah disangrai kemudian ditumbuk hingga halus.

Sedangkan cara memasak kenta adalah kenta yang sudah bersih ditambah dengan air kelapa secukupnya dan diamkan selama kurang lebih 5 menit. Kemudian tambahkan gula pasir/gula merah dan parutan kelapa serta garam secukupnya. Terakhir, aduk hingga bercampur rata dan diamkan kurang lebih 5 menit, dan kenta pun siap dihidangkan.

Baca Juga: Menyibak Keanggunan Istana Maimun

Selain itu, kenta juga dapat diseduh dengan air panas dan diberi campuran susu. Tekstur kenta yang kenyal membuat olahan ini terasa semakin nikmat karena cita rasanya yang manis. Menikmati kenta akan menggugah selera jika dipadukan dengan susu dan buah/garnis.

Ikuti juga info kuliner dan wisata Jelajahin.com lainnya di TikTok.