Jelajahin.com, Jakarta – Jika berkunjung ke Banda Aceh, tak lengkap rasanya kalau belum berkunjung ke Masjid Raya Baiturrahman. Mesjid tersebut merupakan salah satu destinasi wisata religi dan menjadi ikon dari Kota Banda Aceh. Selain itu, tidak hanya menjadi ikon Serambi Mekkah, tapi Masjid Raya Baiturrahman juga menjadi simbol perjuangan dan penyebaran Islam di Indonesia hingga semenjung Asia Tenggara.
Simbol perjuangan
Menjadi salah satu termegah di Asia Tenggara, masjid tersebut dibangun pada masa Sultan Iskandar Muda pada tahun 1612 dan merupakan masjid Kesultanan Aceh. Ada juga yang mengatakan bahwa Masjid Raya Baiturrahman yang asli dibangun lebih awal pada tahun 1292 oleh Sultan Alaidin Mahmudsyah. Awalnya, masjid tersebut aslinya menampilkan atap jerami berlapis-lapis yang merupakan fitur khas arsitektur Aceh.
Masjid yang pernah menjadi benteng pertempuran rakyat Aceh tersebut pernah dibakar oleh Belanda saat serangan ke Banda Aceh pada 10 April 1873. Tragedi ini memicu perlawanan masyarakat Aceh hingga Belanda harus rela kehilangan seorang panglima, Major General Johan Harmen Rudolf Köhler yang ditembak oleh sniper Aceh pada 14 April 1873.
Untuk meredakan perlawanan rakyat Aceh terhadap pendudukan Belanda, Jendral Van Swieten pun menjanjikan pemimpin lokal bahwa dia akan membangun kembali Masjid Raya dan menciptakan tempat yang hangat untuk permintaan maaf. Proses pembangunan ulang Masjid Raya Baiturrahman berlangsung pada 1879-1881 berdasarkan desain gambar yang dibuat de Bruchi, yang mengadaptasi gaya Moghul (India). Oleh karena itu, masjid tersebut menyerupai Taj Mahal yang ada di India saat itu.
Setelah itu, masjid ini juga mengalami beberapa kali renovasi dan perluasan. Pada tahun 1936, dilakukan pembangunan dua kubah di sisi kanan dan kiri masjid atas upaya Gubernur Jenderal A. PH. Van Aken.
Lalu, pada tahun 1958-1965, bangunan masjid kembali diperluas dengan ditambahkan dua kubah dan dua menara di sisi barat (mihrab). Kelima kubah ini merupakan perlambang lima elemen dalam Pancasila. Setelah itu, pada tahun 1992, dibangun dengan penambahan dua kubah dan lima menara serta perluasan halaman masjid. Kini, Masjid Raya Baiturrahman memiliki 7 kubah dan 8 menara.
Daya tarik
Selain memiliki bentuk kubah dan menara megah dan kokoh, Masjid Raya Baiturrahman memiliki beberapa daya tarik yang membuat destinasi wisata religi itu layak untuk dikunjungi.
Pertama, masjid tersebut memiliki beragam ukiran dan detil hiasan dengan motif bunga serta kaligrafi Arab yang dipahat indah menghiasi dinding-dinding masjid. Bahkan, keindahan arsitektur Masjid Raya Baiturrahman juga tecermin dalam susunan jendela-jendela yang terbuat dari kaca patri dengan motif khas Aceh.
Kedua, Masjid Raya Baiturrahman juga memiliki taman asri di sekitarnya yang membuat keindahan masjid semakin elok dipandang. Terlebih, banyak terdapat pohon-pohon ridnang yang memberikan kesan teduh, sejuk, dan damai bagi saiapa saja yang mengunjunginya. Baik untuk beribadah maupun sekadar menikmati keindahan dari ikon Kota Banda Aceh tersebut.
Ketiga, masjid tersebut menjadi saksi perjuangan rakyat Aceh dalam mempertahankan agama dan kebudayaan mereka dari berbagai ancaman. Bahkan, keberadaannya menjadi pusat kegiatan keagamaan dan pendidikan Islam di Aceh.
Masjid Raya Baiturrahman sendiri terletak di Jalan Teuku Umar, Kampung Baru, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh. Anda juga dapat menikmati beberapa objek wisata di sekitar Masjid Raya Baiturrahman. Mulai dari antara lain Museum Tsunami, Lapangan Blang Padang, Taman Putroe Phang, Taman Sari Gunungan, dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Apung, sebagai salah satu Wisata Tsunami Aceh.
Balas
View Comments