Jelajahin.com, Jakarta – Suku Toraja merupakan suku asli Sulawesi Selatan (Sulsel) yang tinggal di pegunungan bagian utara. Suku tersebut memiliki budaya khas yang tercermin dalam bahasa, agama, sistem sosial, seni, teknologi, arsitektur, dan tradisi yang unik. Untuk menghormati leluhur Suku Toraja maka dibangunlah sebuah museum yaitu Museum Ne’ Gandeng.
Berlokasi di Lembang Palangi, Kecamatan Sa’dan Balusu, Kabupaten Toraja Utara, Museum Ne Gandeng menawarkan pengalaman wisata budaya yang mendalam, terutama tentang tradisi dan kehidupan masyarakat Toraja.
Selain itu, museum tersebut akan mengajak pengunjung untuk memahami berbagai ritual adat yang sarat makna spiritual, seperti upacara pemakaman khas Toraja yang telah diakui dunia.
Tidak hanya berfungsi menampilkan kekayaan sejarah Toraja, Museum Ne’ Gandeng juga menjadi pusat edukasi budaya, di mana generasi muda bisa belajar dan menghargai warisan leluhur Suku Toraja.
Ne’ Gandeng
Nama museum diambil dari nama salah satu tokoh masyarakat Suku Toraja yaitu Ne’ Gandeng. Sebagai seorang tokoh masyarakat di Lembang Malakiri, Ne’ Gandeng dikenal sebagai seorang wanita pekerja keras dan bijaksana selama menjadi hakim adat.
Tidak hanya berfungsi menampilkan kekayaan sejarah Toraja, Museum Ne’ Gandeng juga menjadi pusat edukasi budaya, di mana generasi muda bisa belajar dan menghargai warisan leluhur Suku Toraja.
Disamping itu, Ne’ Gandeng juga terkenal akan kegigihannya dalam melestarikan adat dan budaya Toraja. Oleh karena itu, atas pengabdiannya tersebut memberikan inspirasi bagi pendirian Museum Ne’ Gandeng.
Pendirian Museum Ne’ Gandeng juga bertujuan untuk memberikan literasi dan edukasi serta menyebarkan pengetahuan tentang budaya Toraja kepada masyarakat umum. Seiring berjalannya waktu, museum tersebut juga menjadi salah satu destinasi wisata favorit dan menjadi tempat penyelenggaraan berbagai acara adat yang biasa dilakukan oleh masyarakat Toraja. Salah satunya adalah untuk mengadakan acara pemakaman bagi anggota keluarga Suku Toraja yang telah meninggal.
Koleksi museum
Museum Ne’ Gandeng terdiri dari beberapa bangunan yang menerapkan gaya arsitektur Tongkonan. Di dalam bangunan tersebut, pengunjung dapat melihat berbagai artefak kuno seperti peralatan rumah tangga, menhir (batu berdiri) dari upacara pemakaman yang sering dilakukan oleh masyarakat Toraja, patung Ne’ Gandeng, patung kerbau, gong belang, ukiran kayu khas Toraja, serta miniatur rumah adat Tongkonan yang memikat.
Bahkan, di museum tersebut terdapat beberapa benda untuk melakukan ritual rambu solo. Rambu solo sendiri adalah upacara adat pemakaman sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada seseorang yang sudah meninggal.
Selain koleksi benda-benda bersejarah, Museum Ne’ Gandeng juga memiliki pondok-pondok yang berbentuk rumah adat Toraja bagi Anda yang ingin menginap dan menikmati suasanya masyarakat Toraja. Untuk menikmati kekayaan budaya Suku Toraja tersebut, pengunjung akan dikenakan biaya masuk sebesar Rp 10.000 (wisatawan umum) dan Rp 20.000 (wisatawan asing).
Sedangkan waktu terbaik untuk mengunjungi museum tersebut adalah pada pagi hingga siang hari, ketika cuaca masih sejuk dan kamu bisa menjelajah museum dengan lebih nyaman. Tidak hanya itu saja, jika tertarik untuk melihat upacara adat atau kegiatan budaya lainnya, Anda bisa datang pada saat ada acara-acara khusus yang biasanya diadakan oleh masyarakat setempat.
Ikuti juga info kuliner dan budaya Jelajahin.com lainnya di TikTok.
Balas
View Comments