Bandeng Bercita Rasa Kerajaan Banten

Di daerah Banten, olahan ikan bandeng turun-temurun mengikuti resep dari pendahulu yaitu Sate Bandeng dan Pecak Bandeng yang nikmat untuk disajikan.

Foto: Istimewa

Jelajahin.com, Jakarta – Di masa lalu, ikan bandeng sekadar penghias kolam bagi Kerajaan Majapahit, tidak untuk konsumsi harian. Namun ketika sang raja lapar, ikan pun dicobanya dan lezat ternyata. Setelah itu, penangkapan bandeng pun dilakukan secara besar-besaran sebagai hidangan keluarga kerajaan.

Masa keruntuhan kerajaan Majapahit merupakan awal penyebaran ikan bandeng kepada masyarakat umum. Di kalangan suku Chanidae, ikan bandeng (Chanos chanos) menjadi satu-satunya yang belum punah. Ikan yang terkenal dengan sebutan Milkfish ini sangat populer di Asia Tenggara dan Oseania.

Bertubuh seperti torpedo dengan sisiknya yang berbentuk lingkaran keperakan, ikan bandeng mengandung nilai gizi yang cukup tinggi. Dalam per 100 gram-nya terdiri dari : 129 kkal energi, 20 gram protein, 4,8 gram lemak, 20 mg kalsium, 150 mg fosfor, 2 mg zat besi, 45 mcg Vitamin A, dan 0,05 mg Vitamin B1. Kandungan lainnya yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh yaitu Vitamin B12 dan asam lemak omega-3.

Bertubuh seperti torpedo dengan sisiknya yang berbentuk lingkaran keperakan, ikan bandeng mengandung nilai gizi yang cukup tinggi.

Bagi beberapa orang, menyantap ikan bandeng cukup merepotkan karena banyaknya duri yang tersebar di dalam dagingnya dan terkadang masih tercium bau lumpur atau tanah. Namun di daerah Banten, olahan ikan bandeng turun-temurun mengikuti resep dari masa Sultan Maulana Hasanuddin, yang tentunya nikmat dan disajikan berbeda.

Sate Bandeng

Tampilannya sekilas mirip sate lilit, bergagang bambu sebagai pengapit tubuh ikan. Istimewanya, sate bandeng berbentuk utuh tapi tak bertulang dan berduri. Rasa gurih dan kaya rempah menyelimuti daging ikan yang terbungkus di dalamnya.

Untuk pengolahannya sedikit merepotkan, karena ikan bandeng yang telah bersih dari sisik dan kotorannya perlu dipijat-pijat supaya tidak kaku. Setelah tubuhnya melunak, pengambilan duri pun lebih mudah, cukup menarik pangkal tulang ikan sampai tercabut. Sementara dagingnya perlu dikeruk menggunakan sendok, sehingga tersisa kulit dan kepalanya saja.

Daging yang telah halus ditumis bersama bumbu berupa kunyit bakar, bawang merah, bawang putih, cabai merah, ketumbar, jintan, jahe dan lengkuas. Selain bumbu halus, bahan lain yang bisa menambah pekatnya rasa yaitu telur, santan, dan kelapa sangrai. Masukkan dua per tiga adonan ke dalam kulit ikan bandeng dan bentuk utuh seperti mula. Oleskan sisa adonan di luar bambu pada pembakaran kedua.

Saat ini telah banyak toko maupun kedai di Serang dan Cilegon menyediakan menu sate bandeng, baik untuk disantap langsung maupun sebagai oleh-oleh. Harganya pun cukup bervariasi antara Rp 30.000,- hingga Rp 40.000,- per porsi.

Kekhasan sate bandeng telah menyebar ke Jabodetabek, Medan, Palembang hingga Sulawesi. Bahkan negara Korea turut merasakan nikmatnya, ketika Kementerian Perikanan dan Kelautan mengadakan pameran di sana.

Pecak Bandeng

Kata “pecak” merujuk pada penyajian ikan yang berbumbu sambal mentah. Rasanya yang gurih, membuat pecak bandeng menjadi menu favorit di kalangan sultan Banten masa lalu. Ketika itu, hidangan ini sering tersaji dalam berbagai acara kerajaan.

Sama seperti sate bandeng, pembuatan pecak bandeng pun dengan cara dibakar. Sebelumnya, ikan bandeng telah bersih dari kotoran, lalu dibelah bagian tengahnya agar mudah mencabuti duri halusnya.

Lakukan proses marinasi selama 20 menit dengan rendaman air asam jawa, garam dan jahe. Setelah itu, bakar sampai matang. Sementara itu, buatlah sambal dari bawang merah, cabai rawit, tomat, terasi bakar, garam dan gula, yang diulek kasar.

Baca Juga: Pesona Historis Masjid Agung Banten

Sajikan dengan menyiramkan sambal di atas ikan bandeng bakar, dan bubuhi pula dengan perasan jeruk limau. Sensasi segar sekaligus pedas mampu menggoyang lidah, memancing selera makan semakin meningkat.

Untuk menikmati sajian pecak bandeng, pembeli cukup membayar dengan harga sekitar Rp 25.000 sampai Rp 43.000 per porsi.

Ikuti juga info budaya dan wisata Jelajahin.com lainnya di TikTok.