Tradisi Bersyukur Ala Suku Tengger

Indonesia adalah negara kaya akan keanekaan budaya. Dengan lebih dari 17.000 pulau dan ratusan suku, Indonesia juga menawarkan berbagai macam tradisi unik yang menarik untuk diketahui. Salah satunya datang dari perbukitan indah Desa Ranupani Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang, Jawa Timur (Jatim) berupa tradisi yang telah terpelihara selama berabad-abad yaitu Ritual Adat Unan-Unan Tengger.

Dimana para penduduk dan pemuka adat Suku Tengger berkumpul untuk merayakan momen yang tak hanya melambangkan syukur, tetapi juga menjaga keharmonisan dengan alam dan leluhur mereka.

Makna mendalam

Tradisi Unan-Unan di Desa Ranupani merupakan cerminan masyarakat Suku Tengger dari rasa syukur yang mendalam sebagai bagian dari alam dan berkewajiban untuk merawatnya. Sehingga, dapat lindungan dan diberkahi oleh yang maha kuasa.

Ritual Unan-Unan adalah sebuah warisan leluhur yang dilaksanakan setiap 5 tahun sekali, di tahun yang Suku Tengger sebut sebagai ‘Landung’. Ini adalah penanda penting dalam kalender mereka yang terdiri dari 13 bulan, sebuah sistem waktu yang unik dan menggambarkan hubungan khusus mereka dengan alam.

Unan-Unan sendiri berasal dari kata Una yang memiliki arti memperpanjang. Tidak hanya mempersembahkan rasa syukur, namun juga itikat untuk memperpanjang bulan dalam kalender tradisional Tengger. Tak jarang, tradisi tersebut juga sebagai simbol dari kesatuan mereka dengan alam dan langit.

Di sisi lain, ritual tersebut juga bentuk penghormatan kepada leluhur, serta doa agar keberkahan terus mengalir bagi masyarakat Desa Ranu Pani. Hari puncaknya tidak hanya diwarnai oleh kesyukuran, tetapi juga sajen berupa kepala kerbau yang dihias indah, menjadi simbol dari pengorbanan dan harapan yang mereka bawa.

Kemudian, para masyarakat Tengger mengarak ancak atau keranda bambu yang memuat sajen tersebut menuju Sanggar Pamujan, tempat peribadatan yang menjadi pusat ritual. Di sanalah doa-doa dipanjatkan, harapan diungkapkan, dan ikatan dengan alam serta leluhur diperkuat dengan harapan diberikan kelimpahan rezeki dan keselamatan bagi semua, dan untuk generasi mendatang.

Usai memanjatkan doa, pemuka adat akan melakukan ritual penyucian dengan memercikkan air kepada warga yang hadir. Ritual penyucian juga dilakukan terhadap para personel musik gamelan dan tamu undangan yang hadir. Ritual Unan-unan kemudian ditutup dengan kesenian Tayub yang dilakukan secara bergantian oleh para tokoh suku Tengger dan masyarakat.