Jojorong, Kudapan Manis Khas Pandeglang

Jojorong merupakan salah satu kudapan khas Pandeglang berupa kue basah yang memiliki rasa manis dan gurih, tekstur lembut, legit, serta sedap dipandang mata. 

Foto: Dok.okelihat.com

Jelajahin.com, Jakarta – Menjadi salah satu kabupaten di Provinsi Banten, Pandeglang memiliki kekayaan kuliner yang memikat dengan cita rasa autentik Indonesia. Salah satunya adalah kue tradisional khas Pandeglang yaitu Jojorong.

Jojorong merupakan makanan ringan berupa kue basah yang memiliki tekstur lembut, legit, dan sedap dipandang mata. 

Jojorong merupakan makanan ringan berupa kue basah yang memiliki tekstur lembut, legit, dan sedap dipandang mata. Berdasarkan cerita masyarakat, kudapan tersebut biasanya dijumpai hanya pada saat acara pernikahan maupun acara penting lainnya pada tahun 70-an. Akan tetapi, saat ini Anda akan lebih mudah menemukan kue tersebut di pasar tradisional dan langsung mencoba kelezatan kuliner khas Pandeglang tersebut.

Manis dan gurih

Kue yang terkenal akan rasanya yang manis dan gurih tersebut berbahan dasar tepung beras dan santan kelapa yang bagian dalamnya diberi gula aren. Terdapat 3 lapisan dalam kue tersebut yaitu Jojorong terdiri dari tiga lapisan, lapisan gula merah, lapisan hijau, dan lapisan putih. Lapisan hijau ini terbuat dari campuran tepung beras, tepung sagu, santan, dan daun suji. Sedangkan lapisan putih terbuat dari campuran tepung beras dan santan.

Rasa manis berasal dari penggunaan gula merah yang telah dihancurkan diletakkan di takir (wadah dari daun pisang). Setelah itu, di atas gula merah ditambah dengan adonan lapisan hijau lalu dikukus. Selanjutnya, di atas lapisan hijau tersebut ditambahkan lapisan putih di atasnya, dan dikukus lagi hingga matang.

Menariknya, tempat atau mangkuk kuenya berbentuk persegi dan terbuat dari daun pisang yang setiap ujungnya diikat menggunakan tusuk gigi atau lidi. Namun perlu diingat, karena berbahan dasar santan, Jojorong alangkah baiknya jika disantap langsung ketika disajikan karena mudah basi. Rasa yang manis dan gurih tersebut ditambah tekstur kenyal serta aroma pandan membuat kue tersebut menjadi daya tarik tersendiri saat dihidangkan.

Sejarah dan filosofi

Dikutip dari berbagai sumber, Jojorong diyakini berasal dari Kesultanan Banten yang berkuasa di paling barat Pulau Jawa tahun 1526 hingga 1816. Awalnya, kudapan tersebut dibuat oleh nenek moyang Banten sebagai sajian khas dalam acara spesial atau perayaan tradisional setempat.

Penamaan Jojorong sendiri berasal dari bahasa Sunda yang berarti berkilau atau bersinar. Seiring berjalannya waktu, Jojorong tak hanya menjadi warisan kuliner Kesultanan Banten semata, tetapi juga masyarakat luas.

Tidak hanya sebagai kudapan favorit masyarakat, Jojorong juga menyimpan makna mendalam dalam budaya dan kehidupan masyarakat Banten. Secara simbolis, kue tersebut melambangkan kesuburan dan kelimpahan. Dalam tradisi Banten, Jojorong sering dihidangkan dalam acara pernikahan, khitanan, atau hari raya, yang mewakili harapan akan kehidupan yang subur dan kelimpahan rezeki bagi pasangan yang menikah atau dalam perayaan penting.

Selain itu, kue tersebut juga melambangkan kehangatan dan kebahagiaan karena kerap memberikan kebahagiaan dan kehangatan bagi siapa saja yang menyantap Jojorong khususnya pada saat pertemuan keluarga besar atau acara sosial.