Jelajahin.com, Jakarta – Menjadi kota di ujung timur Pulau Jawa, Banyuwangi dikenal sebagai daerah yang kaya akan pesona alam, budaya, dan tradisi yang memesona. Salah satu budaya yang menjadi ikon kabupaten tersebut adalah Tari Gandrung.
Tidak hanya menjadi tarian tradisional khas Banyuwangi semata, Tari Gandung menyimpan makna dan filosofi tentang kehidupan masyarakat Banyuwangi yang erat kaitannya dengan sejarah, nilai-nilai sosial, dan identitas daerah.
Seperti apa makna dan filosofi yang terkandung dalam Tari Gandrung tersebut? berikut Jelajahin.com akan menyajikannya untuk Anda.
Rasa syukur
Gandrung merupakan tarian tradisional khas Banyuwangi yang memiliki akar kuat dalam sejarah daerah tersebut. Tarian tersebut dibawakan sebagai perwujudan rasa syukur dan bentuk penghormatan kepada Dewi Sri yang merupakan dewi kesuburan dalam mitologi Jawa, sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah.
Dari waktu ke waktu, Tari Gandrung terus berevolusi menjadi lebih dari sekadar tarian pemujaan, namun juga menjadi simbol identitas dan semangat kebersamaan masyarakat Banyuwangi.
Dari waktu ke waktu, Tari Gandrung terus berevolusi menjadi lebih dari sekadar tarian pemujaan, namun juga menjadi simbol identitas dan semangat kebersamaan masyarakat Banyuwangi.
Kata Gandrung sendiri memiliki makna tergila-gila atau terpesona. Terpesona yang dimaksud adalah wujud kagum masyarakat Blambangan yang agraris kepada Dewi Sri yang membawa kesejahteraan bagi masyarakat.
Selain itu, Tari Gandrung memiliki sejarah panjang dalam kehidupan sosial masyarakat Banyuwangi. Pada masa penjajahan, tarian tersebut bukan hanya sebagai alat hiburan semata, tetapi juga menjadi simbol perlawanan terhadap penjajah.
Di samping itu, dalam tarian tersebut juga tersimpan semangat perjuangan dan kebanggaan sebagai masyarakat lokal yang tak ingin dijajah. Melalui gerakan tarian yang penuh semangat, Gandrung menjadi media penyampaian pesan moral dan patriotisme.
Makna tarian
Tari Gandrung juga dipercaya memiliki makna atau arti khusus ketika dimainkan. Tidak sekadar tarian untuk merayakan panen raya, Tari Gandrung juga sebagai wujud rasa syukur bagi masyarakat terhadap apa yang sudah mereka peroleh. Dalam pementasannya, Tari Gandrung biasanya dilakukan secara berpasangan, yaitu penari perempuan yang disebut penari gandrung dan penari laki-laki disebut pemaju atau paju. Namun dalam perkembangannya, Tari Gandrung kini dikenal dengan tarian yang dibawakan oleh penari perempuan.
Di setiap gerakan dalam Tari Gandrung memiliki makna filosofis yang mendalam. Gerakan tangan yang lembut dan dinamis melambangkan rasa syukur dan penghormatan. Sementara gerakan kaki yang berirama melambangkan kerja keras dan ketekunan.
Lebih jauh lagi, tarian tersebut juga menjadi cerminan kebersamaan dan keharmonisan, di mana ratusan penari harus bergerak secara serempak dan harmonis, menciptakan simfoni gerakan yang penuh keindahan.
Baca Juga: Menangkap Keindahan di Hutan De Djawatan
Tidak hanya berfungsi sebagai seni pertunjukan, Gandrung juga menggambarkan hubungan yang harmonis antara manusia, alam, dan spiritualitas. Karena Tari Gandrung tidak hanya dipersembahkan kepada sesama manusia, tetapi juga sebagai persembahan kepada alam semesta yang memberikan kehidupan dan keberkahan.
Oleh karena itu, Tari Gandrung sudah menjadi sebuah seni hiburan andalan masyarakat Banyuwangi. Tidak hanya dilakukan saat panen raya saja, tarian tersebut juga bisa ditemukan saat acara pernikahan, khitanan, atau acara penting lainnya.
Ikuti juga info kuliner dan wisata Jelajahin.com lainnya di TikTok.
Balas
View Comments