Menyibak Sejarah dan Keanggunan Benteng Pendem

Saat menyambangi kota Ngawi, mungkin kurang lengkap jika tidak menyempatkan singgah ke tempat-tempat hits yang kini populer di media sosial. Selain menjadi surga pecinta kuliner, Kota Ngawi juga memiliki tempat wisata yang menarik dan sayang jika terlewatkan. Salah satu tempat wisata sejarah dan memiliki spot yang instagramable bagi para traveller adalah Benteng Van Den Bosch yang berada di Kelurahan Pelem, Kecamatan Ngawi Kabupaten Ngawi, Jawa Timur (Jatim).

Lebih dikenal sebagai Benteng Pendem, Benteng Van Den Bosch dibangun diatas lahan seluas 15 Ha dengan ukuran bangunan sekitar 165 m x 80 m. Penamaan Benteng Pendem sendiri dikarenakan dahulu dalam pembuatannya sengaja dibuat lebih rendah dari tanah sekitar yang dikelilingi oleh tanah tinggi, sehingga terlihat dari luar terpendam. Menariknya, walaupun di posisi lebih rendah dari tanah sekitar, lokasi banteng tersebut dapat terhindar dari banjir.

Peninggalan Belanda

Dikutip dari laman ngawikab.go.id, pada tahun 1825 Ngawi berhasil direbut dan diduduki oleh Belanda. Maka, untuk mempertahankan kedudukan dan fungsi strategis Ngawi serta menguasai jalur perdagangan, Pemerintah Hindia Belanda membangun sebuah benteng yang selesai pada tahun 1845 yaitu Benteng Van Den Bosch. Dimana benteng tersebut dihuni tentara Belanda sebanyak 250 orang bersenjatakan bedil, 6 meriam api dan 60 orang kavaleri yang dipimpin oleh Johannes Van Den Bosch.

Dipilihnya lokasi tersebut untuk pembangunan Benteng dikarenakan Sungai Bengawan Solo dan Bengawan Madiun kala itu merupakan jalur perdagangan strategis, dimana jalur lalu lintas sungai yang dapat dilayari oleh perahu-perahu yang cukup besar sampai ke bagian hulu. Saat itu, perahu-perahu tersebut memuat berbagai macam hasil bumi berupa rempah-rempah dan palawija dari Surakarta-Ngawi menuju Gresik, demikian juga Madiun-Ngawi dengan tujuan yang sama.

Lokasi Benteng Van Den Bosch sengaja dibuat rendah dari tanah sekitarnya yang lebih tinggi agar tersembunyi dan memenuhi unsur ideal bagi suatu benteng pertahanan. Namun, dengan hebatnya arsitek Belanda saat itu dalam mendesain saluran drainase, walaupun berposisi lebih rendah dari tanah sekitarnya, lokasi Benteng mampu terhindar dari banjir. Oleh karena itu, Benteng Van Den Bosch ini juga dikenal dengan sebutan benteng pendem oleh masyarakat sekitar.

Seiring perjalannya, benteng ini sempat terbengkalai dan beberapa bangunan mengalami kerusakan di berbagai sisi. Melihat hal tersebut, akhirnya pemerintah melakukan revitalisasi yang dikerjakan sejak 10 Desember 2020 dengan anggaran Rp 113,7 miliar. Anggaran negara itu digunakan untuk memperbaiki sebanyak 13 bangunan di dalam kompleks benteng dan penataan kawasan inti benteng.

Berburu keanggunan

Setelah selesai direnovasi, kemegahan dan keanggunan banteng pun kian terlihat sehingga membuat banyak wisatawan dalam negeri maupun mancanegara berbondong-bondong mengunjungi destinasi sejarah tersebut.

Kebanyakan, pengunjung Benteng Pendem akan berburu foto di setiap sudut bangunan yang instagramable. Terlebih, bangunan di kompleks ini semakin terlihat anggun karena memiliki arsitektur mirip dengan bangunan yang ada di Eropa. Bahkan, Anda juga bisa berfoto di ruang-ruangan yang dulu pernah dihuni tentara Hindia Belanda tersebut.

Selain berburu foto, pengunjung juga bisa belajar sejarah Benteng Pendem karena di beberapa sudut terdapat tulisan dan audio visual yang menjelaskan tentang sejarah Benteng Pendem beserta fungsi bangunan dan ruangan.

Lalu, Anda juga dapat duduk santai sambil menikmati pemandangan dan hembusan angin sepoi-sepoi dengan segelas kopi yang bisa dibeli di warung sekitar banteng.

Tidak hanya itu saja, di dalam kawasan banteng juga terdapat makam Kyai Haji Muhammad Nur Salim yang merupakan salah satu pemimpin tentara dari pasukan Diponegoro untuk menyerbu Belanda di kota Ngawi.

Sebagai informasi, Benteng Pendem buka setiap hari mulai pukul 08.00-17.00 WIB dan harga tiket masuk akan dikenakan Rp 10.000 per orang. Lokasi Benteng Pendem sendiri cukup strategis karena ada di pusat kota Ngawi. Dari alun-alun Ngawi, jaraknya hanya sekitar 2,2 km dan bisa ditempuh menggunakan semua jenis kendaraan. Mulai dari sepeda motor, mobil pribadi, taksi, bus, hingga kereta api.