Aroma rempah seketika menyeruak kuat dari masakan berkuah pekat berwarna kecoklatan berupa daging kambing dan jeroannya. Kalau dilihat sekilas mirip semur, namun beraroma seperti hidangan khas Timur Tengah.
Masakan itu dinamai Rabeg oleh masyarakat Banten, biasa tersedia di kedai rumah makan daerah Serang maupun Cilegon. Rabeg menjadi salah satu makanan yang selalu tersaji di acara pernikahan atau acara pesta tradisional lainnya.
Meskipun warnanya kecoklatan, kuliner ini bercita rasa gurih dengan berbagai campuran rempah seperti lengkuas, jahe, biji pala, lada, cabe rawit, kayu manis, daun salam, dan serai. Adapun bumbu dasarnya yaitu bawang merah, bawang putih, cabe merah dan gula merah atau kecap manis. Semua bumbu perlu dihaluskan untuk ditumis bersama rempah lainnya, setelah harum barulah dimasukkan ke dalam rebusan daging.
Rasanya nikmat perpaduan manis, gurih dan pedas begitu melekat hingga ke bagian serat daging. Tak heran bila kuliner ini menjadi salah satu makanan favorit Sultan Banten.
Bila tidak menyukai daging kambing, pilihan lainnya dapat diganti daging sapi atau kerbau, yang dipotong-potong dan direbus matang. Setelahnya bumbu dimasukkan ke dalam rebusan daging, maka biarkan kuah mengental dan bumbu meresap sempurna hingga daging pun empuk. Apabila bau daging dirasa masih menyengat, dapat pula ditambahkan bunga lawang agar tercium harum.
Paduan rasa
Biasanya rabeg disajikan dengan nasi uduk atau nasi putih hangat, dilengkapi dengan taburan bawang merah goreng serta tambahan emping. Rasanya nikmat perpaduan manis, gurih dan pedas begitu melekat hingga ke bagian serat daging. Tak heran bila kuliner ini menjadi salah satu makanan favorit Sultan Banten.
Baca Juga: Ampiang Dadiah, Kelezatan Yoghurt Khas Minang yang Menyehatkan
Kuliner rabeg mulai dikenal masyarakat luas pada 1970-an. Di mana sebelumnya masakan tersebut terinspirasi dari makanan yang disantap oleh Sultan Maulana Hasanuddin ketika singgah pertama kali di sebuah kota untuk melakukan ibadah haji. Kota tersebut bernama Rabigh, dekat pelabuhan tempat turunnya kapal yang ditumpangi Sultan Hasanuddin. Di sana sultan menikmati makanan khas setempat, berbahan dasar kambing yang berkuah.
Sepulangnya dari ibadah haji, sultan kemudian minta dimasakkan hidangan serupa. Meskipun tidak persis sama, masakan tersebut ternyata sangat disukai Sultan Hasanuddin dan menjadi hidangan wajib di istana. Dan seiring waktu, resepnya kian tersebar dan penyebutan pun lebih dikenal rabeg. Kini masyarakat kian mudah untuk mendapatkannya, biasa dijual dengan harga sekitar Rp 10.000 hingga Rp 20.000.
Ikuti juga info budaya dan wisata Jelajahin.com di TikTok.
Balas
View Comments